Monday, July 12, 2010

Dari obat anti malas sampai pemahaman mahasiswa tentang neoliberalisme yang ideologis dan praktis

Ah, ternyata obat anti malas dan anti bad mood itu adalah keinginan.
Keinginan untuk tidak malas dan tidak badmood.
Namun ingin saja tidak cukup ternyata, memang harus ada gerak. Bergerak itu yang susahnya naujubille..Untuk bergerak, aku terus berkata dalam hati. 'Ayo jangan malas, Ayo jangan malas'

Satu minggu lagi pertaruhan ini.
Lanjutkan atau harus menunggu kereta selanjutnya.
Aku minta off 2 hari dari kantor. Aku sms 2 bosku di kantor dan belum ada jawaban tentang permintaan off ku ini. Ahh, sudahlah. Aku berada pada titik pemikiran, "Dikeluarin-keluarin deh yang penting ni skripsi selesai,".

Pagi ini dengan segelas kopi aceh plus creamer aku kembali menoktahkan tinta hitam di atas kertas putih berjudul BAB IV dengan judul Persepsi Mahasiswa Hubungan Internasional di Yogyakarta terhadap Neoliberalisme dan MNC di Indonesia.
Banyak kesimpulan yang sudah kudapat dari survey yang kulakukan. Ternyata hampir 50% mahasiswa HI di yogyakarta memandang Neoliberalisme dan MNC bukan sebagai sesuatu yang ideologis namun sebagai sesuatu yang praktis. Kebanyakan mahasiswa menolak Neoliberalisme namun mendukung MNC dengan alasan bahwa MNC memberikan peluang kerja bagi masyarakat dan membantu perekonomian Indonesia.

Kalau secara ideologis, yang menolak Neoliberalisme maka akan menolak MNC. Itu teori awalku. Ternyata mahasiswa banyak yang menolak Neoliberalisme namun mendukung MNC.

Aku gak tahu, apakah kepraktisan mahasiswa ini memang di dasarkan pada pemahaman yang kuat dengan melihat realita keberasaan MNC atau hanya melihat MNC dari permukaan.
Atau memang pemahaman yang kurang.

Ntah lah..
Yang penting sekarang lanjut ngetik lagi...:D

No comments:

Post a Comment