Friday, March 18, 2011

Galau.

Galau..
Entah sejak kapan tepatnya kata ini mulai sangat populer dan berada di puncak perbendaharaan kata- kata saya dan mungkin kamu juga. Galau. Iseng iseng saya ketik di Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan (KBBI Online) Galau berarti

"ga·lau a, ber·ga·lau a sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran);" "ke·ga·lau·an n sifat (keadaan hal) galau"

Pikiran yang acakadut. Apapun itu penyebabnya. Mungkin kebanyakan adalah masalah perasaaan yang mengharu biru. Apapun penyebabnya, namun setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi galau dan sangat galau. Buat saya pribadi, jangan malu untuk bergalau. Hanya karena kamu ingin dilihat taft kemudian kamu berkeras pada diri kamu bahwa sebenarnya kamu tidak galau, padahal kamu sedang. Tidak ada salahnya bergalau, itu menandakan bahwa kamu memang manusia.

Yang membedakan kelas kegalauan kamu adalah bagaimana kamu mengekspresikan keadaan itu. Dari film social network saya simpulkan bahwa cikal bakal facebook adalah kegalauan Mark Zuckerberg karena di putus pacarnya. Atau kegalauan Ade Firza Paloh 'Sore' yang sampai mau bunuh diri akhirnya bisa bikin lagu se oke 'In 1997 the bullet was shy'. Juga Fira Basuki bersama pasukan galaunya yang mendirikan 'Galau City' di dunia kawat. Dan banyak kegalauan lain - lain yang akhirnya menjadi karya. Saya sendiri sangat rajin menulis jika galau, pada akhirnya itu yang melatih saya menulis, menemukan diksi baru, menabung kata, memperkaya ide.

Dalam pikiran saya, mungkin kamu akan menjadi kelas terendah di struktur kegalauan ini jika kamu mengekspresikan kegalauan kamu lewat status facebook atau twitter dengan kalimat 'kacang goreng' dan pasaran ala lirik 'kangen band' dan band me-layu korban pasar dewasa ini. :)



Figura Ingatan






Hujan


Figura Ingatan

Posted by Picasa

Thursday, March 10, 2011

Back to Jogja

Yeayy..!!
Akhirnya posting dari PC nya BHP lagi. 4 bulan sudah ku tinggalkan kantor ini. Masih seperti dulu. Suasananya, bau pengharum ruangannya, empat gelas teh di atas kulkas setiap harinya, susunan meja kerja pun masih seperti dulu, berantakannya ruangan atas kertas dan koran yang bertumpuk-tumpuk pun masih jadi ciri khas, hanya saja ada beberapa orang baru. Jurnalis baru penggantiku, anak SMA magang baru.

Ahh, akhirnya hirup udara Jogja lagi. Setelah aku berpikir aku gak mungkin balik ke sini lagi. Tapi Tuhan selalu punya 'invisible hand' yang bisa bekerja dengan sangat cepat membolakbalikkan harapan dan kenyataan. Aku ikuti saja permainan Tuhan ini. Tapi aku yakin Tuhan tidak sedang bermain dadu. Semua bukan kebetulan seperti dadu yang di kocok. Aku tidak tahu pasti, tapi ini  mungkin adalah kolaborasi nterbaik antara aku dan Tuhan.

Mau apa di Jogja. Hal yang pasti adalah kerja. Hal kedua adalah kuliah lagi. Aku sih pengennya ambil media dan budaya di UGM kemudian jadi dosen di Sumatera. Tapi tadi bu Dina (bos di BHP) yang ketepatan dosen komunikasi bilang, kalau aku mau jadi dosen, jurusan S1 dan S2 nya harus linier. Aku S1 Hubungan Internasional dan berencana S2 Komunikasi atau media dan budaya, maka gak akan bisa jadi dosen karena fokus keilmuan yang berbeda. kalo menurutku sih gak jauh jauh bener. Kalau media dan budaya lebih berbicara budaya yang di media kan, kajian culture studies, globalisasi, dan sebagainya. menurutku culture studies dan globalisasi itu efek dari hubungan internasional. Globalisasi yang melahirkan budaya konsumerisme dan sebagainya.. Something like that lah, tapi kalo gak bisa jadi dosen gimana lagi ya, mau gak mau aku harus ambil S2 HI atau Ilmu Politik. Padahal aku suka banget loh sama culture studies. Sumpah..What a life..

Banyak mimpi yang ada di depan, aku gak mau pulang ke Jogja dan sia-sia. Ada target, ada yang harus di gapai. Mudah-mudahan semua sesuai dengan yang ada di dunia ide, tapi jika Tuhan ber"invisble hand" lagi, aku akan ikuti lagi. Semoga.


Thursday, March 3, 2011

Random!

Ini sudah pukul 05.30 WIB (4/3) dan saya belum tidur sejak kemarin. Semakin ke sini jadwal tidur saya semakin menggila. Saya selalu tidur jam 3 pagi kemudian bangun jam 9. Luar Biasa!

Kemarin saya sangat menyadari bahwa saya adalah orang yang sangat peragu dan tidak konsisten. Ah, mungkin lebih tepatnya sekarang saya terlalu banyak pertimbangan dan hati - hati. Saya takut salah. Bahkan sampai detik ini saya masih bingung mau tinggal di Medan atau di Jogja. Dilema ini dari setahun yang lalu memang belum berujung. Walaupun sekarang di Medan tapi ada kesempatan untuk tinggal di Jogja. Oke, kemarin siang saya putuskan mengambil kesempatan itu dan tinggal di Jogja. Eh, tidak berapa lama bahkan dalam hitungan jam saya mulai ragu. Saya perlahan mulai menyukai Medan. Saya tahu kota ini sungguh tidak kondusif, tapi pohon - pohon besar di sepanjang jalanan Medan ini membuat saya betah. Silahkan tertawa! tapi saya mulai nyaman di sini.
Ahh, saya memang peragu tingkat tinggi ini. Ragu-Galau-Gak jelas ujung-ujungnya.

Saya ragu. Berbagi dengan orang pun percuma. Karena yang tau apa yang saya mau hanya saya.
Orang-orang paling hanya membantu memberi pertimbangan yang kadang semakin membuat galau menggila.

Sampai di sini kadang saya berpikir. Sebenarnya sampai sebatas mana manusia bisa memutuskan dan seberapa jauh yang dinamakan takdir Tuhan. Apakah saya menciptakan takdir saya sendiri, atau Tuhan mentakdirkan saya melalui pikiran saya. Atau Takdir adalah usaha maksimal manusia? Ada yang bisa bantu saya.

Sebenarnya seberapa besar otoritas saya untuk memutuskan saya mau tinggal di Medan atau di Jogja. Apakah ketika saya memilih itu yang dinamakan "jalanNya"? atau saya yang menentukan nasib saya sendiri?

Apakah anda sudah mulai pusing?
Iya. Saya juga sudah.
Kalau begitu mari kita akhiri saja tulisan ini.
Karena mengakhiri tulisan sama dengan memutus kebingungan
Sekian dan terimakasih