Tuesday, December 14, 2010

Jadi yg bertanggung jawab atas tdk bisanya saya mengerjakan apa yg saya sukai melalui mindset orang tua saya adalah pemerintah

"Kalo PNS itu kan terjamin, ada biaya pensiun!" tegas orang tua saya. kemudian dlanjutkan bla, bla, bla, bla....

Sungguh pernyataan itu membuat saya panas hati, mau marah, serasa hidup ini sempit, dan kemudian saya menjadi Bad Mood..

Kemudian, sampai dimana batas saya "melawan"?

Sampai dimana saya bisa fighting for my passion.

Orang tua saya jelas "pemilik modal". ibu saya ini Center, percayalah saya cuma "peri peri".

Sesuai teori dependensia, negara center (negara pusat/negara maju/negara dunia pertama dsb) memberikan 'bantuan' kepada negara periperi (negara pinggiran/negara berkembang/negara dunia ketiga). Pada tahun 1980 an bantuan negara ini bersifat pinjaman dana oleh center ke periperi. Sebagai imbalannya periperi harus mengikuti 'rezim' center. Masuknya penanaman modal asing, MNC, dll.

Sinkronisasi ini jelas. Orang tua saya membiayai saya kuliah, dan pada akhirnya saya harus ikuti "aturan main" mereka. Ah, mungkin saya terlalu sarkas, tidak sopan, dan durhaka memandang hubungan anak orang tua ini hanya dalam konteks "ekonomi politik". Ini mungkin terlalu kasar. Mari kita berpindah ke pandangan lain.

Saya tidak tau jenis teori atau konsep ini, ini semacam hegemoni. Ringkasnya, ini "Stereotyping". Pelabelan terhadap PNS. Seperti kata orang tua saya, dan mungkin jutaan orang tua lain di dunia ini. PNS itu hidupnya terjamin dan PNS memiliki strata menengah ke atas jika diurutkan dalam kelas masyarakat indonesia sesuai klasifikasi pekerjaan. Stereotype PNS itu punya status sosial menengan ke atas itu jelas masih melekat dalam mindset orang Indonesia terutama Masyarakat desa.

Ah, lalu sampai dimana saya harus melawan?

Sampai dimana saya bisa fighting for my passion?

Passion menurut Adhitia Sofyan adalah sesuatu yang kita senang mengerjakan, bahkan tanpa pamrih. Well, adhitia sofyan sendiri adalah seorang co CEO perusahaan dan penyanyi indie yang membagi lagu-lagunya secara gratis lewat blog pribadinya. Semua orang bisa mengunduh lagunya secara gratis.Passion Adit jelas, Musik.

Lalu saya?

Passion saya adalah mewarta, mungkin bukan 100% passion. Karena saya masih mengharapkan gaji dari majalah/koran tempat saya bekerja. Tapi serius, saya tidak pernah memiliki ekspektasi tinggi terhadap gaji. Gaji wartawan itu dikit. Ya saya paham, paham sekali pun. Mungkin hanya media besar yang bisa menggaji wartawan dengan harga tinggi.

Tapi titik permasalahan saya bukan di gaji, saya suka liputan, saya suka menulis berita, saya suka kenal banyak orang, banyak nara sumber, dan saya bisa dengan sangat bebas menbangun jaringan saya,saya lebih suka bekerja dengan deadline dan tekanan karena itu membuat saya menjadi produktif dan berharap kreatif, saya suka kerja mobile karena saya paling tidak suka bekerja, maupun berdiam diri di dalam sepetak ruangan bernama kantor.

SAYA MENGERJAKAN APA YANG SAYA SUKAI.. Idealis sekali kan? atau menurutmu itu utopis?

Ya, saya bersyukur mempunyai idealisme di derasnya arus pragmatisme.

Lalu apa komentar orang tua saya tentang passion saya?

"Apa ada uangmu jadi wartawan?"

Sudah saya duga, pasti kembali lagi ke pertanyaan tentang uang, uang, dan uang.

Pernah saya bilang pada ibu saya.

"Mamak ini uang aja pikirannya,"

"Kalau gak ada uang kayak mana mau nyekolahkan kau, mau beli bajumu, mau bayar makanmu,"tegasnya.

Tuhan, ibu saya benar sekali. Ibu saya tidak salah.

Ibu saya dan jutaan ibu lain tidaklah salah. Yang salah adalah pemerintah.

(Silahkan anda mengutuk saya karena saya menyalahkan pemerintah).

Sesuai UUD 1945 pasal 31:

(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Pemerintah jelas punya kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan murah bagi rakyat. UU jelas mengatur bahwa 20% APBN dialokasikan untuk pendidikan. Nyatanya, ironi.

Yang berkembang adalah privatisasi pendidikan melalui BHMN, pernah juga ada UU BHP, namun UU tersebut sudah dihapuskan oleh MK melalui peninjauan kembali.

Intinya, pendidikan itu milik orang kaya!Padahal semua orang butuh pendidikan kan.

Itu baru dari masalah pendidikan beluam lagi dengan masalah pangan, sandang, papan, dan berbagai kebutuhan tersier lainnya.

Hubungannya dengan masalah saya jelas dong, untuk hidup di Indonesia ini Maha;, tapi pendapatan susah di cari. Wajar kalau dalam pikiran ibu saya yang ada hanya bagaimana mencari UANG karena kondisi bangsa ini memaksa dia untuk berpikiran seperti itu.. Sungguh, di Indonesia ini yang kuat adalah RAKYATNYA bukan PEMERINTAHNYA.

Jadi yang harus bertanggung jawab atas tidak bisanya saya mengerjakan apa yang saya sukai melalui mindset orang tua saya adalah PEMERINTAH. Catat itu.!! Ini seperti lingkaran setan, tidak akan putus sampai pendidikan murah, kebutuhan hidup murah, yang dilandasi dengan rasa bersyukur yang tinggi pada Tuhan YME.

ini analisis dari saya seorang anak PETANI yang hidup sedikit di atas garis kemiskinan. Mungkin akan berbeda analisisnya jika yang membuat catatan adalan orang kaya dan orang yang tidak punya passion.

Sekian dan terimakasih.

Thursday, October 28, 2010

Janganlah Kau (Indonesia) Semakin Senjang Saja

ya. akhirnya saya menulis lagi di note fb ini setelah hampir 4 bulan absen menulis. Di sini saya pengen share saja. Sebuah oleh2 setelah saya pulang dari Ho Chi Minh City (HCMC).

Apa yang anda pikirkan tentang Vietnam? Mayoritas orang Indonesia berpikir bahwa Vietnam adalah negara yang miskin. At Least lebih miskin dari Indonesia. Kalau dilihat dari pendapatan nasional atau pendapatan perkapita atau daya saing perdagangan atau perangkat ekonomi makro lainnya secara statistik Indonesia pasti lebih tinggi dari Vietnam.

Ben Than--Sebuah Pasar di HCMC

Tapi bagi saya pribadi menurut yang saya pelajari ketika dulu saya mengambil mata kuliah "Masalah Negara Berkembang" saya melihat bahwa masalah kesejahteraan suatu negara bukan hanya dilihat dari seberapa banyak pendapatan perkapitanya namun juga bagaimana distribusi kekayaan itu berjalan atau dalam bahasa lainnya Pemerataan.

Bagi saya salah satu masalah krusial yang ada di Indonesia adalah masalah kesenjangan sosial.Kalau tidak salah (kalau salah mohon di koreksi) 56% kekayaan di Indonesia ini dimiliki oleh 0,2% penduduk Indonesia..Sangat fantastis bukan..

Banyak sekali Ironi di sini. Yang satu sangat kaya memiliki harta berlimpah, hingga bingung mau dikemanakan hartanya. Eh yang satunya sangat miskin sekali rumah tidak ada, tidur dimana saja, makan senin kamis dll.

Artinya kekayaan maupun sumber produksi di Indonesia hanya dikuasai oleh segelintir orang.. Lama-lama Indonesia ini bisa jadi negara plutokrasi, negara yang dikuasai oleh segelintir orang-orang kaya (lihat saja persentase kekayaan yang sangat bombastis di atas)

Satu hal saya pelajari dari Vietnam, yakni pemerataan secara ekonomi.

Di Vietnam saya datang ke Ho Chi Minh City (HCMC), Vietnam Selatan kota yang didaulat sebagai kota bisnis di Vietnam, sedangkan kota pemerintahan ada di Hanoi, Vietnam utara. Saya ibaratkan kota ini seperti Jakarta, karena dia adalah pusat bisnis, sering banjir karena banyak sungai (atau mungkin sanitasi buruk), dan MACET..!!

Sejak saya tiba di Ho Chi Minh hingga akhirnya balik lagi ke Indonesia (3-11/10) saya sangat jarang sekali bahkan hampir tidak pernah melihat Pengemis, Gelandangan,dan Pengamen. Saya benar-benar terkesima. beberapa hari saya dan teman saya Nurul Huda Rosadi mencari- cari gelandangan, pengemis, dan pengamen, namun nihil, namun menurut teman saya yang satu lagi Mbak Uli dia melihat gelandangan di salah satu Mall di tengah kota.. Okey, mungkin terlalu naif kalau di bilang tidak ada, mungkin ada di lipatan-lipatan kota, tapi sungguh saya belum menemukannya.

Notre Dame

Well, hal yang pertama ada dipikiran saya adalah "Mungkin karena negara ini adalah komunis sehingga kesamarataan dan kepemilikan alat produksi ada dalam kontrol negara dan semua orang mendapat sesuai dengan apa yang dia kerjakan,".. Jangan bayangkan Komunis selalu identik dengan bom atom pembunuhan massal, nuklir dan perang dunia.. Hellloooo,hari gini masih pake cara pikir jaman perang dingin..!!! :D

Negara komunis bukan dimana setiap orang memiliki rumah, baju, sepeda, motor yang sama..Wow, sempit sekali dan entah definisi yang muncul dari mana. Komunis ala vietnam ini saya kira tidak seortodoks usulan Marx. Karena masih ada MNC seperti KFC (tpi setau saya di ho chimin cuma ada 2), Pizza hut (1), dan lain2.. Tapi inti kekomunisannya itu bukan serta merta menolak MNC seratus persen. Menurut hemat saya mereka membolehkan MNC maupun investasi dan modal asing masuk namun semuanya masih ada dalam kontrol pemerintah bukan berarus dalam liberalisasi pasar (yg ternyata tidak seliberal namanya).

Sebenarnya, masyarakat vietnam juga pada banyak yang pake mercy, bmw, vw, lexus, dan mobil mewah lainnya.. Tapi juga tidak ada yang pengemis yang pura-pura buntung atau pura-pura buta.

Balik ke permasalahan awal, saya kira Vietnam cukup concern pada masalah pemerataan dan distribusi kekayaan negara,memang tidak bisa atau tidak mungkin setiap orang memiliki jumlah harta kekayaan yang sama, tapi tidak juga jurang ekonomi itu semakin dalam dan lebar.

saya berharap Indonesia bisalah belajar pemerataan pada Vietnam. Saya tidak lantas mengusulkan Indonesia menjadi Komunis (bisa di tembak di tempat saya). Kemiskinan dan kesenjangan memang masalah yang berkelanjutan dan enatah sampai kapan berakhir di Negeri tercinta ini. Saya kira juga kita janganlah terlalu mengagung-agungkan ekonomi makro dengan indeks pendapatan perkapita, pendapatan nasional tanpa melihat faktor pemerataan.

Jangan malu untuk belajar pada negara (yang katanya) lebih kecil dan miskin dari kita. Karena mereka juga punya sesuatu yang penting yang kita tidak punya..

Sunday, August 22, 2010

Mengcandidkan Emosi

Foto-foto ini saya jepret sekitar bulan maret 2010. Di sebuah pantai tak bernama, terletak antara pantai parang tritis dan pantai depok Jogjakarta. Terdapat dua orang wanita yang sedang menjerit, menangis. Spekulasi saya hingga kini, kedua wanita tersebut baru mengalami patah hati. Entah benar entah tidak. namun saya berupaya mengcandidkan emosi mereka.




Monday, August 16, 2010

Bukan Puja Puji Cintaku. (sumber foto: google)

Heii,
Selamat Ulang Tahun,
Aku bahkan masih mencintaimu seperti dulu,
Bukan karena hegemoni orde baru,
Maupun trend sok nasionalis.

Hei,
Ingat dulu,
Ya setidaknya sekitar 4 tahun yang lalu,
Kita selalu memperingati ulang tahunmu dengan lomba balap karung, memasukkan paku ke dalam botol, memindahkan belut, dan
tentu saja yang paling ku takuti lomba lari
sambil mengapit balon.
sungguh saat ini aku memaknaimu dan ulang tahunmu bukan lagi sebagai sebuah euforia tahunan peringatan kran kebebasan. Semakin tua aku melihat itu sebagai kamuflase semata. Atau mungkin kemeriahan itu hanya sejenak nafas pelega kepenatan luluh lantakmu?

ntahlah..
aku memaknaimu dengan refleksi.
Ya bukan hanya refleksi dengan diskusi yang rumit, pembacaan situasi nasional di berbagi sektor perekonomian, politik, sosial, budaya, dan teknologi. Aku rasa itu tidak cukup sayang. Kau perlu refleksi tubuh, pijatan kaki dan kepala. Kata ERK, Kau perlu cuci muka biar terlihat segar sayang. Apakah karena tuamu? Atau mereka yang memperlakukanmu?
Mungkin kau sangat letih untuk kembali mengukir sejarah.

Kau tahu, cintaku tidak bergeser barang sedikit pun.
Tapi aku mencintaimu dengan hal yang berbeda.
Kau tau, cinta bukan hanya sekedar puja puji atau pun pembelaan tanpa logika.
Mengkritisimu itu caraku.
Ah, bukan dirimu tapi mereka yang memperlakukanmu tepatnya.

Sungguh, sedihku tiada tara sayang. Perlahan dirimu dan harga dirimu terjual terjual demi hutang yang katanya demi mempercantikmu. Perlahan tapi pasti kau tergadai dengan Structural Adjustment Program dari tuan takur dunia. Kau pikir aku sudi membiarkanmu seperti itu?

Ini aku Indonesia, terlahir dengan cara mencintaimu yang berbeda. Banyak orang menganggap bahwa menghanyutkan diri (bukan terpaksa hanyut) dalam pusaran modal global adalah sebuah trend yang wajib diikuti seperti model baju.atau jika tidak akan dianggap tertinggal. (ah, tertinggal, menurutku itu hanya mitos yang diciptakan). Tapi mereka membuatmu menghanyutkan diri, bukan menahan diri untuk tidak hanyut. atau setidaknya terpaksa hanyut.

Doaku padamu tiada henti.
Mungkin saja kau akan sinis padaku atas semua pendapat satir-ku pada mereka yang memperlakukanmu. Sungguh, aku tidak pernah mellihatmu sebelah mata!
Karena kau adalah untuk apa aku belajar.

Lekas bangun dari tidur berkepanjangan.
Menyatakan mimpimu.
Cuci muka biar terlihat segar
Merapikan wajahmu.
Masih ada cara menjadi besar.
Memudakan tuamu.
Menyemai dan
MENJADI INDONESIA!!

Poda


Angur do goarmi anakkon hu (nama mu sungguh harum anakku)
Songon bunga bungai nahussusi (seperti bunga bunga yang indah itu)
Molo marparange na denggan doho (jika kau memiliki kepribadian baik)
Diluat nadaoi (ditempat mu yang jauh)
Jala ikkon ingot doho (dan ingat lah selalu)
Tangiang mi do parhitean mi (doa adalah salah satu landasan)
Dingolumi da tondikku (kehidupan mu oh anak kesayangan ku)

Unang sai mian jat ni rohai (jangan pelihara iri dengki)
Dibagasan rohami (didalam hati mu)
Ai ido mulani sikka mabarbar (karena itu adalah permulaan malapetaka)
Da hasian (oh anakku)
Ikkon benget do ho marroha (engkau harus tawakal hati)
Jala pattun maradophon natua tua (dan hormat kepada orang-orang tua)
Ai ido arta na ummarga i (karena itu adalah harga yang termahal)
Dingolumi (dalam kehidupan mu)

Reff.
Ai damang do sijujung baringin (engkaluah adalah penerus tahta)
Di au amang mon…. (bagi ku orang tua mu)
Jala ho do amang silehon dalan (dan engkaulah si perintis jalan)
Di Anggi Ibotou mi
(bagi adik adik mu ini)
Ipe ingot maho amang
(dang ingat lah selalu)
Dihata podakki
(seluruh petuah ku ini)
Asa taruli ho amang
(agar kau mempunyai kehidupan)
Disihadaoani
(di tempatmu yang jauh)

Molo dung sahat ho tu tano parjalangan mi (kalau kau sudah tiba di tempat tujuan mu)
Marbarita ho amang
(berikan kami berita mu)
Asa tung pos rohani damang nang dainang mon
(agar hati kami tidak was was)
Ditano hatubuan mi
(ditanah kelahiran mu ini)

Thursday, August 5, 2010

Hujan

Hujan buat saya punya filosofi tersendiri.
Saya suka hujan dan akan selalu suka :)







Jiwa dan Raga Untuk 146 Halaman Ini

Akhirnya, besok saya akan di dadar.
Selamat!
Besok saya akan jadi telur dadar..


Tuesday, August 3, 2010

Menghadiahi Diri Sendiri

Seperti saya sering menghadiahi orang lain. Terkadang saya ingin menghadiahi diri saya sendiri. Terlepas dari barang yang ingin saya punya untuk diri saya sendiri seperti Ipod, Gitar, Perpustakaan dan lain-lain, saya ingin menghadiahi saya sebuah kedewasaan dan kebijaksanaan. Saya ingin sekali menjadi orang yang bijak yang bisa melihat sesuatu hingga keakar-akarnya sehingga di ujung sikap ia akan memiliki tindakan maupun putusan yang tepat.

Saya ingin menghadiahi diri saya sebuah sikap tidak terburu-buru. Ini pasti akan saat menyenangkan saat diriku bisa berdiskusi dengan diriku sendiri. Bukan berarti ini autis yang selalu terhanyut dalam dunia subjektifitas. Apakah saya menandai diriku sendiri subjektif?
Entahlah..

Sampai saat ini saya belum tahu akan menghadiahi apa untuk dirisaya yang akan kembali berkurang umurnya. Tapi sempat tersirat ak saya ingin memberi hari-hari yang teduh yang selalu dekat dengan Allah. Saya berharap ini adalah hadiah terindah untuk saya ditahun ini dan selanjutnya.

Namun sungguh saya ingin menghadiahi diri saya barang ini :D

Lebih dari Catatan Geram!!

Ini catatan geram. Ah, geram saja tidak cukup boii. Marah? Tidak cukup hanya marah lah. Kata ini harusnya sudah dimuseumkan! Yakinlah akumulasi kemarahan adalah Muak. Tapi saya kira muak juga belum cukup menggambarkan titik kulminasi ini.

Dalam satu minggu ini sudah ada dua orang yang datang ke DPR melakukan aksi 'memalukan'. Pong, aktor senior perfilman Indonesia, memanjat atap kura-kura gedung DPR yang katanya miring itu. (Wah, sebenarnya saya ingin tanya ke om Pong, dari pengalaman pribadinya memanjat atap itu, apakah gedung DPR itu benar-benar miring, atau jangan-jangan memang otak penghuninya yang pada miring) kemudian menuliskan tiga kata JUJUR TEGAS ADIL. Saya pribadi melihat ini sebagai implementasi sebuah perasaan di atas muak (yang belum saya temukan kata sifat yang tepat) milik Pong terhadap DPR, atau mungkin sebenarnya terhadap carut marutnya negeri yang kita cintai ini. tadi siang (3/8) seorang PNS dengan berteriak-teriak, menangis, mengoceh sana-sini, dengan membawa sebuah dokumen mendatangi DPR untuk melaporkan Bupati (lupa wilayahnya, Parah!) karena bupati tersebut belum membayar gaji 13 ribuan PNS di wilayah kekuasaannya tersebut.

Sebuah perlakuan yang sama ditujukan kepada kedua 'orang nekat' tersebut. Para anggota keamanan gedung DPR tersebut, menarik paksa kedua orang tersebut, kemudian diangkut ke pos keamanan, diintrogasi, kemudian dimaafkan dengan syarat tertentu, terakhir di suruh pulang. Keduanya tidak diizinkan bertemu anggota DPR atau pun DPD barang satu pun. Keduanya diperlakukan seperti pembuat onar dan kerusuhan. (atau dianggap orang gila, makanya di suruh pulang dan tidak dijebloskan ke penjara).

Saya kira keduanya hanya ingin bertemu dengan mereka yang mengklaim sebagai wakil rakyat. Mereka yang Job Descriptionnya adalah mendengarkan aspirasi rakyat. Namun ketika rakyat ingin bersuara, mereka malah bersembunyi di rumah kura-kura atau mungkin di rumah istri kedua dan menutup kedua telinga.

Lalu ketika mereka (mau DPR, DPD, Pemerintah, semuanya lah) butuh pengisi dompet. Maka mereka menjadikan rakyat sebagai alat untuk mencairkan dana. Atas nama rakyat, demi kepentingan rakyat, berjuang bersama rakyat. aku cuma mau bilang. Bullshit, makan aja kentut kau itu!!

Saya kira mereka tidak perlu playdoy bahwa rakyat Indonesia ini bersu'udzhon pada mereka. Karena sudah jadi rahasia umum mereka itu seperti itu. Banyak omong dari pada gerak!!!
Digelontorkan wacana Absen DPR, Ngamuk!!. Di sindir lewat lagu, Ngamuk!!.. "Kami kan terhormat!!"itu pasti dalam hati (busuk) mereka.

Ribuan orang sudah mencaci mereka. Opini publik, isu, wacana, terus digulirkan. Namun sepertinya mereka sudah punya penyumpal kuping yang canggih. Sumpal aja teros, pura-pura buta aja terus. Biar budek dan buta beneran!!

Sukarno, Hatta, Tan, Syahrir, semuanya.. Lihat negeri yang kalian bangun bertaruh nyawa ini. Semua gila harta, gila kekuasaan, hukum hanya komoditi bukan lagi benar salah, kebenaran milik mereka yang beruang, ajarkan mereka menjadi berjuang. Sungguh, jangan ajarkan mereka demokrasi uang!! Ah, aku kira kalian juga tidak punya ilmunya. Datanglah ke mimpi para penguasa ini dan ancam mereka!! Tolong Ancam Mereka!! Todongkan pistol ke arah jantung mereka. Agar mereka tahu, terancam nyawa yang selalu kalian alami untuk mendirikan negeri ini. Datanglah ke mimpi mereka, Ancam dan perlu tembak mereka!!

Monday, August 2, 2010

Welcome August!

Agustus adalah bulan yang paling saya tunggu setiap tahunnya, terutama tahun 2010 ini. Welcome August!!!, saya akan mengalami banyak hal di bulan ini. di mulai tanggal 6 yakni berkurangnya umur saya yang ke 21 sekaligus hari ujian pendadaran saya yang akan menentukan sia-sia tidaknya perjuangan saya selama 4 tahun ini. Saya tidak menyangka bahwa dua moment ini bisa terjadi dalam satu waktu. So nice !!

11 Agustus adalah tepat dimana kita akan mulai berpuasa. ramadhan datang. Semoga saja ramadhan ini bisa saya manfaatkan dengan baik dan tidak sia-sia seperti ramadhan sebelumnya. tujuh belas agustus tentu saja tanggal yang ditunggu semua bangsa Indonesia. Saya selalu menjadikan 17 agustus ini sebagai cermin untuk melihat Indonesia sekarang, banyak hal yang kita semua tahu harus di perbaiki. 17-an bukan hanya sekedar seremonial lomba-lomba tanpa makna.

tanggal 23 dan 28 adalah tanggal yudisium saya. Mudah-mudahan tanggal ini semuanya bisa berjalan lancar kemudian saya bisa bernapas sejenak saja sebelum saya akan dapt kejutan-kejutan hidup di depan.

Selajutnya tanggal 29 dan 31 adalah hari ulang tahun kedua teman dekat saya, Ariyana Lestari dan Mia Maesari. Saya berharap semoga mereka bisa melepas status yang menurut mereka status membosankan yang pernah ada "Pengangguran"..haha.. Semoga kalian segera pindah dari fase itu :D

Satu september akan menutup berombaknya agustus saya. Satu september saya akan balik kampung ke Sumatera Utara.. Yup, Let me Jamming with Bobby.!!


Sunday, August 1, 2010

Muntah!

Sudah hampir 4 hari ini yang rutin saya lakukan adalah muntah. Mual disertai angin di dalam perut seperti meletup-letup seperti menambah kelamnya hari hari saya. Insiden paling mengerikan adalah ketika sabtu (31/7) sejenak sebelum saya meliput workshop fotografi. Saya masih di kantor, merasa semua ludah naik ke mulut, mulut saya penuh ludah. Saya sudah menduga bahwa saya akan segera muntah. Saya lari ke kamar mandi, ternyata banyak orang. Saya kembali ke kantor, maksudnya biar muntah dalam plastik saja. Saya berseru minta tolong ke mbak Dian (partner saya) untuk di ambilin plastik. Dia pun berlari mencari plastik tersebut. Tapi ternyata terlambat. Karena muntah saya sudah mencapai finish terlebih dahulu.

Well, itu sangat menjijikkan ketika kantor harus terkena imbas penyakit saya ini. Cairan itu menyebar dimana-mana, di tumpukan koran, di lantai, (untung para bos sudah pulang), dimana-mana. untungnya dari pagi, saya belum makan apa apa, jadi muntah yang keluar hanya cairan tanpa ampas apa-apa. Wah, saya tidak pernah menyangka bahwa saya bisa menyemburkan sejauh satu setengah sampai dua meter. Sungguh, ini berada di luar perkiraan saya. Dan saya merasa diri saya tampak mengerikan dengan adanya tragedi ini.

Muntah ini hanya hasil akhir dari pola hidup saya yang tidak teratur sama sekali. Saya masuk angin, karena kipas angin yang berputar tiada henti. Beberapa hari ini saya sering keluar malam hanya untuk minum kopi. Diperparah dengan pola makan yang tidak teratur serta saya tidur tidak pernah pakai selimut. Padahal 5 hari lagi saya akan mengahadapi ujian skripsi.

Sampai tulisan ini saya posting pun saya masih mual dan ingin muntah. Sungguh, ini hari-hari yang sangat kelam.

Friday, July 30, 2010

Well. aku sedang bersiap diri dengan tekanan-tekanan di depan!

Baca sms dari boss (baca: orang tua) tadi pagi serasa dapat alarm peringatan bahwa hidupku ke depan akan semakin berat. Setahun belakangan ini boss selalu memaksa cepat lulus lah, kalau udah lulus cepat kerja, katanya biar bisa bantuin beliau sekolahin adek-adek. Boss sering mengeluh kalau beliau sudah lelah cari uang (mungkin ini hanya keluhan saja biar aku cepat selesai kuliah, kemudian bekerja. )

Sms tadi pagi menyatakan bahwa adekku tidak bisa masuk universitas negeri dan kemungkinan besar dia akan masuk universitas swasta yang notabene biayanya mahal. Aku yakin boss asti akan semakin menekanku untuk sesegera membantunya menyekolahkan adekku ini.
Aku tidak mau protes pendidikan mahal di sini. Toh juga pada kenyataannya adikku yang tidak masuk universitas negeri. Ntah apa pun alasannya, saat ini aku benar-benar geram pada adikku. Karena aku yakin, aku pasti terkena efek domino kegagalannya itu.

Pagi ini pun aku mulai berpikir tentang menghasilkan uang. Benar kata boss, aku harus bantu beliau. Karena memang pada hakikatnya aku tidak bisa melihat orang tuaku harus terus bekerja terlalu keras. Ku tasbihkan niatan agar tak lagi hidup telalu boros lagi.

Sepertinya aku sudah masuk ke tahap kehidupan. Jika dulu aku yang di bantu orang tua maka kini aku harus bantu orang tua. Ya beginilah nasib anak pertama, jadi tulang punggung. Bukannya tidak ikhlas. Mungkin di awal-awal aku akan merasa berat, karena hidupku mungkin tidak akan sesantai hari sebelumnya. Tekanan tekanan juga pasti akan bertubi. Habis wisuda pasti akan langsung di tanya kapan kerja. Kalau sudah kerja dan gajinya biasa saja pasti akan di suruh cari kerja dengan gaji yang lebih besar..

Bukannya tidak ikhlas, aku akan berusaha ikhlas walaupun nanti pasti kebebasanku dalam mengambil keputusan akan sering mendapat intervensi. Mudah-mudahan saja ini awal yang kemudian akan membuat aku lebih dewasa.

Well. aku sedang bersiap diri dengan tekanan-tekanan di depan!

Thursday, July 29, 2010

Senam Otak, Terapi Meminimalisir Gejala Autisme

Berita ini sebenarnya saya tulis pada bulan Maret 2010. Namun yang paling membuat saya terkesan adalah bahwa berita ini secara riil berguna bagi orang lain. Saya senang. Saat itu berita ini terpublish di sebuah koran yang memiliki segmentasi pasar Jawa Tengah dan Jogjakarta. Kemudian terbaca oleh seorang bapak dari Semarang yang anaknya mengalami Autisme. Dengan semangat, bapak ini menelelepon ke kampus saya untuk meminta nomor Revani agar bisa berkonsultasi mengenai senam autis tersebut. Revani adalah narasumber dalam berita ini sekaligus yang menggagas ide senam untuk anak autis ini. Intinya, apa yang saya tulis pernah berguna untuk orang lain :)



Senam Otak, Terapi Meminimalisir Gejala Autisme

Secara psikologis, autisme dipahami sebagai keadaan seseorang yang lebih banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Sehingga sering kali penyandang autis selalu sibuk dengan ‘dunia’nya sendiri. Di Indonesia, pada tahun 2009 diperkirakan ada 475 ribu penyandang autis. Sedangkan di wilayah DIY ada 357 anak autis yang tersebar di 61 SLB di lima Kabupaten di provinsi DIY.

Autisme memang merupakan gangguan neurobiologis yang menetap. Gejalanya tampak pada gangguan bidang komunikasi, interaksi dan perilaku. Namun, walaupun gangguan neurobiologis tidak bisa diobati, tapi gejala-gejalanya bisa diminimalisir dengan menggunakan terapi. Namun biasanya terapi sangat mahal berkisar 750 ribu sampai 3 juta per bulan, tergantung kebijakan penyelenggara terapi.

Mahalnya biaya terapi inilah yang kemudian melatarbelakangi sekelompok mahasiswa Kedokteran Umum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KU-UMY) yakni Revani Dewinta Lestarin, Yunita Puji Lestari, Muhammad Nor Tauhid, dan Ragil Adi.S, memilah terapi untuk mengurangi gejala autisme yang tidak menghabiskan biaya terlalu besar.

”Ada terapi yang murah dan bisa digunakan bukan hanya di SLB saja, namun bisa juga dilakukan di rumah yaitu senam otak atau Brain Gym,”ungkap Revani saat ditemui di Kampus Terpadu UMY, Sabtu (6/2).

Menurut Revani berbagai gejala autisme, beberapa di antaranya seperti mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengeri orang lain, tidak ada usaha untuk berinteraksi dengan orang lain, memiliki perilaku ritualistik, Sering mengamuk tidak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif bisa diminimalisir dengan senam otak tersebut.

“Terapi senam otak ini bisa menjadi salah satu solusi karena senam merupakan teknik elektrik yang membantu otak dan tubuh bekerja lebih efektif secara bersamaan,”paparnya. Gerakan senam otak juga meningkatkan komunikasi otak, ada tiga komunikasi yakni komunikasi otak kanan dengan otak kiri, otak depan dan otak belakang, serta otak atas dan bawah. Komunikasi ini berguna untuk meningkatkan efisisensi dari informasi sensorik yang paling berguna bagi autis.

“Gerakan dalam senam otak pun bervariasi seperti membuat coretan ganda dalam waktu bersamaan, menggelakkan anggota tubuh menggerakkan secara bergantian pasangan kaki dan tangan yang berlawanan, menaktifkan tangan, melambaikan kaki dan masih banyak gerakan yang lainnya,”paparnya.

Saat ini Revani dan tim sedang melakukan penelitian mengenai pengaruh senam otak terhadap kualitas komunikasi, interaksi sosial dan pemfokusan pemahaman pada anak autis di dua SLB di Yogyakarta, yakni SLB Bina Anggita Banguntapan Bantul Yogyakarta sebagai sampel dan SLB Dian Amanah Sleman Yogyakarta sebagai kontrol.

”Di SLB Bina Anggita kita melakukan terapi senam otak terhadap anak-anak autis di sekolah tersebut, sedangkan di SLB Dian Amanah tidak kita lakukan, Sehingga kita bisa melihat perbandingan antara penderita autis yang di beri terapi senam otak dan yang tidak di beri,”ungkapnya.

Menurut Revani, senam otak cukup dilakukan dalam waktu 15 menit saja sehari. “Dalam waktu 15 menit itu sudah mampu mengurangi gejala-gejala autisme tersebut,”paparnya. Revani dan tim juga membagikan CD senam otak kepada orang tua siswa di SLB Bina Anggita, agar para orang tua bisa secara kontiniu melakukan senam otak pada putra-putrinya.

“Harapan kita, Senam otak ini bisa menjadi terapi alternatif yang murah dan praktis bagi penderita autis, di tengah-tengah mahalnya biaya terapi,”tandasnya.(adit)

NB: Foto saya ambil dari Google.

Wednesday, July 28, 2010

Malay Minded

Sepertinya memang ini yang terjadi di Indonesia saat ini, Malaysia Minded. Mulai dari lagu sampe pilihan kuliah. Kalo dari industri musik Indonesia mah gak usah di tanya. Lagu mendayu-dayu jadi selera pasar sekarang. Semakin mendayu dan akhirnya me-layu. Band-band dengan gaya dan lagu seragam serta kurang bermutu mendadak menjadi idola atau di bentuk jadi idola, atau pemiliki modal menciptakn iklim pasar yang menjadikan mereka idola. Semua bisa saja terjadi, karena toh selera pasar bisa diciptakan. Wah jangan jangan, pemilik modalnya ne yang seleranya rendah. Kok genre yang diciptakan jadi selera pasar yo kok begitu plus rangkaian kata yang amburadul, repetasi kata yang bikin pusing dan yang pasti mendayu-dayu. Ini sungguh mengingatkan saya pada jaman keemasan Exist, Slam, New Boys, dan band malay lainnya.

itu baru dari segi musik. Selanjutnya film kartun. Ya Upin Ipin lah, apalagi. bahkan di pasar malioboro ada wayang-wayangan bergambar Upin Ipin. mungkin saja pencipta wayang ini ingin melakukan akulturasi antara malaysia dan budaya jawa, sehingga yang tercipta adalah wayang Upin dan Wayang Ipin. Wah, mulia sekali niat pencipta ini. hahaa.. Saya akui Upin Ipin itu bagus dan menghibur serta tepat sasaran juga sarat pesan moral. Malay sekali yang sebenarnya tidak jauh beda dengan kehidupan para anak-anak di daerah medan, riau, dan pontianak. hampir seperti itu. jelas sekali bahwa Upin-Ipin menggeser reputasi si Laptop si Unyil dan acara anak buatan Indonesia. Dan belakangan ini saya lihat ada kartun anak di Global TV yang persis Upin Ipin. REPLIKA. Ya, lagi lagi Malay Minded.

Kemudian, banyak teman-teman saya terutama yang di medan lebih memilih berlibur ke Malay dan Singapura dari pada keliling Indonesia. Saya tidak menyalahkan hal tersebut, Ini tidak ada sangkut pautnya dengan Nasionalisme. karena ongkos ke Malay lebih murah daripada ke jogja (yeahh, maskapai itu memfasilitasi). Tidak salah kok menurut saya. tapi kadang saya terus bertanya, kok bisa ya? :)

Sedang yang terkhir ini adalah masalah pendidikan. Ini realitas yang ada di mata saya. kampus saya sangat Malaysia Minded sekali. setiap ada kerja sama seperti International joint seminar, Student exchange, Appritice Trip, MoU kerjasama bisa dipastikan kalau itu selalu dengan universitas di Malay. bahkan saat ini, kebanyakan dosen di kampus saya kuliahnya di Malay. Almost!. sejujurnya saya tidak terlalu paham sebenarnya seberapa baguskah pendidikan di sana. benar-benar baguskah, atau kah kita yang hanya ingin sekedar di kenal sebagai kampus yang punya kerjasama luar negeri atau ya memang hingga saat ini itulah yang bisa di capai.
Bisa jadi roda berputar ya, dulu Indonesia di atas tapi sekarang Malaysia lah yang di atas!

Nb: Fotonya saya ambil dari Google!

Tuesday, July 27, 2010

Insomnia Menggila

Lagi, saya tidak bisa tidur. Badan terasa pegal-pegal. Padahal besok pagi jam 7 pagi, saya harus liputan Masa Taaruf (MATAF) mahasiswa baru di kampus. Karena mata ini juga bertahan untuk terbuka, maka mulailah saya memamfaatkan sesi ini untuk bernarsis ria. Terima kasih =)


dan

Dilema Dua Kota

Saat ini saya merasakan betapa sulitnya membuat sebuah keputusan. Masalah saya saat ini adalah mau tinggal dimana setelah lulus. Sebelumnya saya sudah memutuskan untuk memulai karir jurnalistik saya di kota Medan. Dengan alasan selain karir, saya punya cita-cita masa depan di kota itu. Tinggal di Medan adalah sebuah jalan untuk menemui impian itu.

MEDAN (foto ini saya ambil dari google)

Beberapa bulan kemudian saya berpikir ulang. Jika saya harus memulai karir di Medan, saya tidak punya link. Kalau di Jogja saya punya beberapa link, minimal informan yang bisa memberikan informasi tentang lowongan. Saya sudah bangun link di Jogja tepat satu tahun yang lalu. Perlahan saja, tidak perlu terburu-buru. Lalu bagaimana dengan masalah Impian itu? Ah, saya bilang saya percaya kalau rezeki tidak akan kemana.

JOGJAKARTA (foto ini saya jepret sendiri)

Sekarang, menjelang hari ujian pendadaran saya yang bertepatan dengan ulang tahun saya yang ke 21 saya dihadapkan pada dilema yang mengganggu saya satu minggu belakangan ini. MAU TINGGAL DI MEDAN ATAU DI JOGJA?

Tuhan, ini sungguh membingungkan.
Saya kembali sering berimajinasi tentang tinggal di Medan. Pertemuan-pertemuan tak sengaja dengan wajah kikuk dan mungkin saling menghindar terus tertayang di dalam pikiran saya bahkan saat saya bangun tidur. God, apakah hambaMu ini terkena sindrom atau apalah?
Akhir-akhir ini saya juga merindukan mamak dan bapak. Ingin tinggal dekat mereka saja.

Tapi, saya juga berat jika harus meninggalkan Jogja. Kota yang telah banyak mengajarkan saya tentang banyak hal. Tempat saya mendapatkan dan berbagi ilmu. Tempat saya menikmati sejuknya terik matahari dan hangatnya rintik hujan. Jogja adalah tempat saya tumbuh dewasa secara sikap.

Lantas bagaimana?




ini..

Malam di Tugu Jogja (jepretan saya juga)
atau

ini..

Malam di Medan (saya ambil di Google)

Saya bingung..
Saya ingin tinggal di Jogja namun saya juga ingin tinggal di Medan.

Saya berpikir tentang berbagi dengan seorang yang benar benar mengenal saya dan impress saya terhadap kedua kota ini. Saya butuh diskusi dan saya butuh saran. Tapi saya belum menemukan teman itu. Untuk berdiskusi dengan mamak dan bapak. Saya takut membebani mereka dengan ketidakjelasan masa depan saya ini. Biarlah saya yang memecahkan ini sendiri!

Saturday, July 24, 2010

Balada Joni dan Susi--Melancholic Bitch

Berikut adalah CD pertama yang saya beli setelah selama 3 tahun saya absen membeli CD/kaset original. Saya sangat bangga pernah memiliki CD ini. Sesungguhnya Album ini deskripsi masyarakat pinggiran dan miskin lewat representasi pasangan muda Joni dan Susi. Kemiskinan telah memaksa Dinding propaganda untuk merayu Joni mencuri roti di supermarket karena Susi sakit. Supermarket dan Busung Lapar Adu Lari.

Bagi mereka yang menghantamkan hukuman di wajah Joni yang mencuri roti lewat pukulan massa. Joni masuk tipi karena sebuah roti dalam berita kriminal. Kata Joni, "Susi Aku masuk Tipi. Lihatlah betapa nyata cinta kita kini,"




Butuh Teman yang Seperti Aku!

Akhirnya pada titik ini aku menyerah.
Aku butuh teman!
Bukan teman biasa pastinya. Aku terbiasa menyukai banyak hal.
Aku suka band Indie aku juga suka jazz. Aku suka travelling. Aku (mantan) aktivis namun setidaknya aku masih suka berdiskusi. Aku suka menulis walau masih berantakan. Aku suka membaca walau sering moody masih mendikte. Kadang naluri hedonismeku tidak terbendung, namun untuk menjadi gembel pun bukan masalah bagiku. Aku suka bercerita.

yaa.. aku butuh teman yang seperti aku!

Banyak teman. Namun mereka bukan paket lengkap.
Banyak yang tidak mengerti selera musikku. Banyak yang tidak paham dengan alur pikiranku.

Yaa.. Aku butuh yang mengerti aku.
Sebegitu egoisnya aku atas kebutuhan untuk dimengerti.

Tapi kadang mengerti saja tidak cukup.
Jika dia mengerti, bisa saja dia berpura-pura menjadi seperti aku.
Aku butuh teman yang ketika dia menjadi dirinya sendiri adalah seperti aku.

Betapa menyenangkan ketika kami (aku dan teman harapanku itu) berfilosofi tentang kopi disela sela hirupan aroma asap kopi yang baru saja di sedu. Aku juga akan sangat senang ketika kami menjadi autis melihat ERK, Melbi, SORE, BLP, nonton jazz mben senen, Frau. Kami akan autis tanpa malu orang mau berkata apa..

Kami akan ke Toga mas setiap awal bulan. mengobrak abrik toko. Aku akan bertanya, "Hei kamu apakah buku ini bagus?" Gak, buku yang ini saja.. ooo..ok

Teman yang tidak keberatan dengan nafsu belanjaku yang sangat menggila. Juga teman yang tidak keberatan saat aku menggilai sex and the city.

Teman yang kadar kecuekannya seperti aku..
Dan yang pasti teman yang tidak melupakan aku ketika dia sudah punya PACAR!!
Teman yang tidak akan berubah sikap padaku karena hal-hal terkait dengan pacarnya.
Good!

Ah, terlalu banyak kriteria!

Wednesday, July 21, 2010

Saturday, July 17, 2010

Gamelan brings you relaxation

Peristiwa menonton gamelan ku yang pertama memang tanpa rencana. Awalnya aku datang ke Taman Budaya Yogyakarta (TBY) Jumat (16/7) untuk live performance-nya Melbi yang juga pertama kali ku liat. Setengah 8 malam aku nyampe TBY, ternyata padat bgt. Jalanan mulai dari depan soping sampe pasar bering harjo padat. Akhirnya setelah bersusah payah aku pun dapat parkiran.

Masuk ke TBY, dan aku mulai bingung. ini pertama kalinya aku ke TBY dan aku datang ke sini seorang diri (padahal sering ke Soping). TBY dipadati lautan manusia yang mau lihat Art Jogja 2010 dan 15th Jogja Gamelan Festival. Aku bingung Melbi nya dimana ne?

Akhirnya aku keliling, di lantai bawah ada ArtJog, banyak yang dipamerin mulai patung Gusdur, Lukisan, barang-barang distro, dan berbagai macam karya para seniman dan anak muda Jogja khususnya. Aku memang tidak melihat secara detail apa saja yang ada di lantai bawah ini, karena tujuan awalku memang bukan pamerannya namun Melbi-nya. Akhirnya aku naik ke lantai atas. Apaan sih rame-rame? pake bagi2 co Card? trus, yang dikasi co card yang bawa kamera. Aku kan bawa kamera. Aku gak di kasi gak ya?
Ah, Bingung!
Ya wes lah, aku masuk ajalah ke ruang (apa ya namanya) yang biasa untuk nonton teater. Aku gak mau tau, aku pilih tempat duduk di depan, di deretan ketiga. Eh ternyata, ada dua teman lamaku di situ. Mas Indra. Mas Indra ini seorang pelukis lulusan ISI. Lukisannya keren-keren banget. Tapi dia gak mau jual tuh hasil karyanya. Entahlah..

Bahkan ketika aku duduk di bangku penonton itu, aku belum tau pertunjukan apakah yang akan ku tonton. Pikiranku masih simana lah si Melbi ini..Gak berapa lama. MC pun naik, dan aku pun tahu kalau ini adalah pertunjukan musik GAMELAN..

Tuing**
Aku sih belum pernah dengar gamelan secara langsung. Kadang-kadang dengar dari kaset kalau lagi di Mirota Batik, atau di Radio. Sebelum pertunjukan di mulai, MC mengajak ngobbrol seorang pemain gamelan yang katanya senior. Namanya Mas ALEX dengan groupnya KPH X (Kumpulan Pengrawit Heboh Sepuluh) Mengapa Sepuluh? Menurut Mas Alex, ini adalah penampilan kesepuluh KPH di Jogja Gamelan Festival (JGF). Mas Alex mengungkapkan keinginannya bermain Gamelan itu diinspirasi oleh Mas Sapto (Alm) penggagas JGF. Kata Alex, Sapto adalh orang gila. Orang gila yang lebih memilih menjadi seniman di bandingkan bekerja seperti orang kebanyakan.

Penampilan pertaman dibuka oleh KPH X. yang terdiri dari 7 personel Klasik sekali. Gamelan, besi (ato apa y) yang di pukul-pukul mengalun dengan irama yang pada suatu pukulan terasa sangat melengking dan sakit di kuping. Mungkin itu karena aku belum terbiasa kali ya. Namun semakin lama di dengar, aku pribadi merasa sangat relax, sangat santai dan enjoy. Hello World I enjoy Gamelan!!! Gamelan memang tidak bisa mengajak kaki atau kepala bergoyang-goyang. Namun ia menggoda telinga dan pikiran untuk hanyut. Aku jadi teringat salah satu judul penelitian mahasiswa keperawatan UMY tentang gamelan berfungsi sebagi penurun tingkat stress. Aku pribadi tidak tahu MENGAPA bisa begitu. Namun aku merasakan sendiri.




Well, bodohnya aku. Aku baru tahu yang namanya gamelan itu gak ada penyanyinya. Cuma musik doang..*Dodolnya aku :0

Performance kedua dari Kyai Fatahilah dari Bandung dan Ansemble Gending dari Belanda. Pemainnya banyak banget.. Aku hanya melihat mereka membawakan tiga judul lagu. Itu juga aku lupa, tak ku catat judulnya. Ansemble Gending tampil lebih dulu, dari pandangan sok tahu ku, permainan Ansemble Gending tidak seklasik KPH X. Apa karna yang maen bule semua y? hehe.. Ah, tidak meyakinkan spekulasinya, soale KPH X juga ada 2 bule. :D.. Ansembel Gending juga membawakan satu karya ciptaan Komposer Indonesia yang lahir di Belanda, Claudia, dengan judul SILAT.



Penonton di ruangan ini rata-rata anak muda. Kalau lihat keadaan kayak gini, kok bisa ada anggapan bahwa anak muda lebih menghargai karya musik luar negeri. Jelas2 ruangan yang sepertinya bisa menampung 500 orang ini di isi oleh anak muda. Tapi ya banyak anak muda bule juga..hahaha..

Stengah 10, aku putuskan untuk pulang padahal masih ada satu kelompok lagi yang belum performance dan menurut temenku yang ketiga adalah yang paling bagus. Tapi sudah setengan 10 dan aku harus pulang kalau nggak mau tidur di warnet lagi :D

Aku pun turun ke bawah. Sayup-sayup aku dengar ada musiknya 7 hari menuju semesta-Melbi. Huaaa, ternyata ada melbi di bawah.. Gak jadi pulang, Lanjut Nonton yang kutunggu-tunggu, Melancholic Bitch :)


Friday, July 16, 2010

Melancholic Bitch--Great Dystopia

Melancholic Bitch (Melbi) aku kenal pertama kali dari formspringnya efek rumah kaca. Saat ada seseorang yang bertanya, mana yang lebi kuat, melbi atau frau. Menurut Cholil, keduanya sama-sama kuat seperti berada di alamnya sendiri. Namun Melbi lebih kuat. Pada waktu itu, (kira-kira 3 bulan yang lalu) aku cuma tahu Frau. Karena aku penasaran dengan Melbi (secara tidak langsung ini adalah rekomendasi dari Cholil) aku pun membeli CD Melbi Album Balada Joni dan Susi.

Pertama denger, aku memang tidak langsung jatuh cinta. Karena buat aku yang awam musik perlu beberapa kali putaran untuk paham dan suka. Lirik di lagu Melbi sangat filosopis, trus musiknya laksana representasi dunia mereka. (padahal gak ngerti dunia yang gimana :D). It's so them lah pokoke..Namun waktu denger Distopia dimana Melbi berduet dengan seorang Biduan atau mungkin sinden, Silir, sumpah langsung suka..:)

Petikan-petikan kecil gitar elektrik di Mars Penyembah Berhala, itu yang bikin gak kuku..:0
Melbi juga cukup banyak pake sound-sound elektrik.. Ah, cukup. Aku gak bisa deskripsiin detail tentang musiknya (maklum awam).

Kemarin (16/7), pertama kalinya aku liat Melbi nampil secara live di TBY. Soundnya kurang bagus, namanya juga gratisan, ya gak bisa nuntut lebih.. Tapi tetap itu semesta mereka. Atmosfernya kuat banget. Ugoran Prasad memang bernyanyi dengan emosi yang kuat. Meledak-ledak, kadang murung. Karena aku datang telat karena sebelumnya liat konser gamelan, aku cuma dengar Bulan Madu, 7 Hari Menuju Semesta, Distopia, Mars Penyembah, Berhala, Akhirnya Masup Tipi, Menara, dan dua lagu dari Album Anamnesis yang aku belum pernah dengar.

Yang paling ku tunggu tentu saja Distopia. Sinden Silir pun muncul dengan dandanan dan gaya ala penyanyi dangdut yang mampu menyihirku. Kereta Menghatar kita, Menuju semesta Berdua..:)