Monday, January 2, 2012

Resolution is Mainstream but I Want It So



Hampir empat bulan gak nulis di blogspot. Postingan terakhir saya adalah foto-foto jeng Reni waktumau masuk keputrenan pertengahan oktober lalu. Beberapa bulan belakangan memang lebih fokus nge-blog lewat tumblr. Sebenarnya karena tumblr lebih mudah di akses lewat blackberry.

Anyway bagaimana pun, site ini adalah blog pertama yang saya punya. Pertama pasti selalu meninggalkan kesan yang cukup dalam. Begitu pun saya, harus kerap berkunjung ke sini. Rumah pertama saya. Membersihkan abu yang bertebaran dimana-mana. Menyapa para tetangga dan lain sebagainya.

Harus mulai dari mana? Random sajalah. Hari ini adalah hari kedua di tahun 2012. Sudah dua hari, tapi saya belum membuat resolusi. Resolusi memang terdengar sangat mainstream ya. Selalu saja dibicarakan oleh siapa pun di tahun baru atau dipenghujung tahun. Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu suka melakukan yang banyak dilakukan oleh orang lain, apalagi ikut-ikutan. Tapi dilain sisi, saya juga mengaku bahwa resolusi adalah sesuatu yang tidak haram dilakukan.

Saya sendiri tidak menganggap bahwa resolusi adalah pertanda bahwa ambisiusitas. Bagi saya yang lebih cenderung easy going, mungkin hanya sebagai list yang mesti saya ingat dan diupayakan.

Baiklah, Resolution is mainstream but i want it so. :))

- Ibadah wajib dituntaskan. Jujur, tahun lalu kuantitas dan kualitas ibadah saya di bawah rata-rata. Lebih banyak biara pada diri sendiri dibandingkan pada Tuhan. Bukankah semestinya kita berserah diri. Belakangan saya berpikir, kalau saya tetap ngotot tidak mau berbagi dengan Tuhan (meskipun sebenarnya dia tahu) sungguh saya tidak menuhankan Tuhan. Kemarin saya lihat Mario Teguh open mic di stand up comedy. Justru ketika dia sedang melawak, ada hal yang saya dapat. Dia tanya kepada para penonton 'Apakah Tuhan Maha Kaya?' Yaaa.. 'Apakah Tuhan Maha Pemuran?" Yaaa. Kalau anda yakin Tuhan Maha Kaya dan Pemurah, kenapa hanya meminta sedikit, mintalah yang banyak!!!

Terkadang ketika mau berdoa, saya hanya meminta sedikit pada Tuhan. Bukan karena apa-apa, tapi karena malu kalau saya meminta terlalu banyak. Hal tersebut saya ibaratkan seperti dalam hubungan dengan manusia, jika sesama manusia tentulah saya sangat malu jika terlalu banyak meminta. Bukankah ada yang mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Tapi saya lupa satu hal, bahwa yang saya mintai adalah Tuhan dan bukan manusia. Kalau saya meminta sedikit secar tidak langsung saya menyamakan Tuhan dengan manusia.

Beberapa hari saya memang cukup memprihatinkan hubungan saya dengan Tuhan. Sudah sangat jauh. Saya ingin lebih dekat. Kemauan itu sedikit banyak dipengaruhi oleh seorang wanita yang saya kagumi. Dia adalah mantan dari sahabat dekat saya. Saya tidak kenal wanita itu dan hanya mengenalnya dari twitter saja. Tapi kerap, twit mau pun blog-nya membuka hati dan pikiran saya. Muchas Gracias>

-Moving to another country. Pada Desember lalu saya mengirimkan aplikasi beasiswa ke salah satu universitas di Asia. Sampai sekarang saya hanya berani coba Asia. Sadar bahwa kapabilitas saya bukanlah kelas Eropa atau Amerika. Meskipun sebenarnya saya sangat ingin sekali ke sana. Perjuangan untuk mengumpulkan data yang disyaratkan oleh aplikasi itu tidak sepenuhnya mudah. Saya harus ke sana kemari berhari-hari, bolos kerja, ngeluarin uang, kesabaran saya dilatih. Saya tentu sangat berharap saya bisa lulus. Namun yang menentukan tetap saja Tuhan dan pihak universitas.

Seperti yang pernah tertulis di salah satu postingan di tumblr saya, bahwa scholarship ini adalah salah satu upaya pembuktian bahwa saya pernah membanggakan kedua orang tua saya. Prestasi saya cenderung kelas dua. Membanggakan namun tidak pernah terlalu fantastis. Saya berharap dengan yang satu ini saya pernah mengukir sejarah bagi saya dan orang tua saya.

Selain itu, saya memang benar-benar rindu kampus. Ingin kembali sibuk bergumul dengan tugas, persentasi, meja diskusi, dan sebagainya. Saya rindu sekali.

Bolehlah saya mainstream kali ini ya? (ngomong sama diri sendiri). Itu saja harapan saya. Tidak banyak namun begitu penting. :)

Jogjakarta 2 Januari 2012. Di kantor, mati lampu, semua orang kebingungan. Kerjaannya ambyar.

Monday, October 17, 2011

Dan Lalu







Beberapa moment yang sempat saya abadikan sebelum GKR Bendara atau GRAj Nurastuti Wijareni nyantri atau di pingit di Sekar Kedaton atau Keputrenan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Minggu (16/10)

Sunday, July 17, 2011

Gadis di ujung jalan ini, semakin aneh kataku.

Seorang gadis terlihat lusuh di ujung jalan. Entah apa, entah sedang apa. Sepertinya menunggu. Aku pun tak tahu apa yang di tunggu.

Penasaran, ku hampiri. Aku pun berpura menunggu. Menunggu dia menunggu. Ku tanya, sedang menunggu apa? Katanya menunggu cinta. Lalu ku tanya lagi, memangnya siapa cinta. Dia bilang, Entahlah.

Bagaimana mau menunggu kalau dia tak tahu siapa yang di tunggu. Ini tidak rasional. Lalu ku bilang, kenapa tidak mencari? Dia bilang ia sudah beberapa kali mencari. Kemudian? Dia jatuh pertama kali. Kedua dia berhati-hati kemudian terperosok lagi. Lalu sebuah tangan menariknya berangkat. Tapi tak lama tangan itu hilang. "Hantu mungkin,"ujarku asal.

Dia bilang, kalau hantu biarkan lah ia menunggu hantu. Kenapa menunggu yang kau bahkan tak tahu wujudnya. Tapi dia tegaskan dia tau rasanya di bantu berdiri ketika terperosok. Memang seperti apa rasanya? "Seperti surga, kau dapatkan apa yang kau butuh, mungkin itu surga,"katanya yakin.

Gadis di ujung jalan ini, semakin aneh kataku.

Monday, July 11, 2011

Mimpi :)

















I
f God Gives me a chance to meet people i want to, it must be Dono Firman. Eventhought it will be a speechless meeting for sure:)

Friday, July 1, 2011

Tersesat di Gradasi

Hello.
Seseorang di sana atau di sini, atau dimana saja.
Tolong bawa aku pulang.
Aku bahkan tidak tahu aku ada dimana sekarang.
Ini terlalu rimba.
Tak terdeteksi jarak.

Kamu, iya kamu, mungkin dia, atau seseorang di pertigaan jalan sana.
Entah siapa.
Adakah tangan yang cukup bergigi untuk menarikku pulang.
Aku terlalu jauh.
Terlalu abu.
Tersesat di gradasi.
Mengenggam abu yang kosong.

Ini jauh..
Dan lalu, datanglah tiba-tiba..
Segera!
Spontan terkadang lebih seksi.

Tersenyum, aku coba di abu.
Kemudian, menangis.
Tapi sesat tak kenal ekspresi.
Aku cuma datar.

Tak ada hangat, dingin tak terecap.
Semua biasa.
Biasa itu menyesatkan.
Percayalah.
Aku butuh tangan bergigi.
Menarikku pulang dari gradasi.

Sunday, May 22, 2011

"Kamu Seperti Waktu, Tega Berlalu!"

Wangi tanah basah.



"If I could bottled the smell of the wet land after the rain. I'd make it a perfume and send it to your house"

Wewangian favorit saya tentu saja bau hujan. Tapi bodohnya saya, sampai saat ini saya tidak pernah paham sebenarnya seperti apa bau hujan. Saya sadar cinta saya pada hujan adalah cinta buta, bahkan baunya saya tidak tahu, tapi cinta saya begitu deras membuncah.

Bagaimana kalau wangi hujan saya wakilkan pada tanah saja?
Ya tanah yang terkena hujan. Tanah yang basah tersiram percikan. Apa yang bisa mengalahkan haru itu?
Harum yang begitu alami.Harum yang tak pernah terkontaminasi. Harus yang datang begitu saja dan begitu adanya.
Bagaimana caranya agar saya bisa mengabadikannya? Karena wangi tanah basah hanya beberapa detik saja. Hilang begitu hujan datang terlalu banyak. Tidakkah kamu sadar, bahwa bau itu begitu eksklusif dan terbatas. Ia hanya datang di awal. Dia bagai kesempatan. Kesempatan selalu butuh mereka yang cepat.

Kalau saja saya bisa menangkapnya, menjarinnya dan memasukkannya kedalam botol kotak. Akan saya pakai kemana saja. Saya yang dingin dan cemas selalu butuh yang menenangkan. Saya yang dingin dan cemas selalu butuh apapun dari hujan termasuk bau tanah basah.

Wangi tanah basah tersapu hujan, hanya begitu saja tanpa perlu memfigurakan ingatan. Wangi tanah basah hanya butuh penerimaan tanpa retorika yang berbelit. Ia hanya butuh penikmat, tidak perlu mengkritisi. Wangi tanah basah, cepat dan begitu saja.

Sumber Gambar: google