Sunday, May 22, 2011

"Kamu Seperti Waktu, Tega Berlalu!"

Wangi tanah basah.



"If I could bottled the smell of the wet land after the rain. I'd make it a perfume and send it to your house"

Wewangian favorit saya tentu saja bau hujan. Tapi bodohnya saya, sampai saat ini saya tidak pernah paham sebenarnya seperti apa bau hujan. Saya sadar cinta saya pada hujan adalah cinta buta, bahkan baunya saya tidak tahu, tapi cinta saya begitu deras membuncah.

Bagaimana kalau wangi hujan saya wakilkan pada tanah saja?
Ya tanah yang terkena hujan. Tanah yang basah tersiram percikan. Apa yang bisa mengalahkan haru itu?
Harum yang begitu alami.Harum yang tak pernah terkontaminasi. Harus yang datang begitu saja dan begitu adanya.
Bagaimana caranya agar saya bisa mengabadikannya? Karena wangi tanah basah hanya beberapa detik saja. Hilang begitu hujan datang terlalu banyak. Tidakkah kamu sadar, bahwa bau itu begitu eksklusif dan terbatas. Ia hanya datang di awal. Dia bagai kesempatan. Kesempatan selalu butuh mereka yang cepat.

Kalau saja saya bisa menangkapnya, menjarinnya dan memasukkannya kedalam botol kotak. Akan saya pakai kemana saja. Saya yang dingin dan cemas selalu butuh yang menenangkan. Saya yang dingin dan cemas selalu butuh apapun dari hujan termasuk bau tanah basah.

Wangi tanah basah tersapu hujan, hanya begitu saja tanpa perlu memfigurakan ingatan. Wangi tanah basah hanya butuh penerimaan tanpa retorika yang berbelit. Ia hanya butuh penikmat, tidak perlu mengkritisi. Wangi tanah basah, cepat dan begitu saja.

Sumber Gambar: google