Tuesday, February 15, 2011

My Personal Note: Bangkutaman, Ode Buat Medan.


Seminggu yg lalu (5/2) saya agak ‘shock’ sebenernya baca schedule manggung Bangkutaman. Mereka bakal main di USU. Saya coba konfirmasi ke Irwin (Gitaris sekaligus Manajer Bangkutaman) ternyata kabar itu benar adanya. Serius, saya senang banget. Ini kedua kalinya saya lihat gigsnya Bangkutaman. Pertama kali waktu mereka Tur dengan Jangan Marah Record di Jogja bersam Efek Rumah Kaca, Zeke Khaseli, dan The Kucrut.

Saya tahu saya akan ekstase. Terakhir saya ekstase ketika nonton Melancholic Bitch di TBY pertengahan tahun 2010. Maka, ekstase itu terulang lagi malam ini sabtu (12/2).. Hello, I’m Flying with those indie band. With their Music.. Ahh!

Sekitar pukul 19.00 Bangkutaman posting di twitter bahwa mereka sudah di USU dan mereka akan tampil setelah dua opening band. Secara otomatis saya langsung reply ‘bang di ruangan mana? Mau minta foto’ saya sadar bahwa twit itu adalah twit yg sangat katrok (Re: minta poto). Tak lama di balas ‘kami di backstage sebelah kiri’. Saya langsung berlari mengajak sahabat saya ‘Risky Armila’. Tiba di Backstage kok sepi ya. Kok gak ada ruangan artisnya. Tiba2 mata saya tertuju sesosok pria berkacamata dengan kumis melingkar dan harmonika tergantung di leher. Yeee, he’s ACUM. Mereka bertiga berdiri seperti orang biasa, tidak ada kerumunan, tak ada yg menyadari bahwa mereka guest star malam itu.. Saya langsung berlari menghampiri ke tiganya. Dan saat itu saya dan Acum langsung Toss seolah olah teman lama, padahal itu pertama kalinya saya bertemu secara personal. Saya langsung teriak ‘wee, wong Jogja’ hahaa.. Saya pun menyalami Irwin dan Dedyk. Saya langsung pake ilmu diplomasi kebudayaan saya dong, ‘saya pernah nonton di jogja waktu bareng jangan marah’. ‘Oh ya, kenapa sekarang di medan? ’ Saya dulu kuliah di jogja sekarang balik kampung ke Medan’ ‘Wa, lulusan jogja semua ni.. Bla bla bla bla’. Cerita pun berlanjut selama 5 menit. Sungguh mereka menyambut saya dengan terbuka dan sangat ramah. Saya seperti merasa Reuni Alumni Jogjakarta.. Hahaa.. Bahkan di hal seperti ini pun Jogja masih memberikan alasan pada saya kenapa dia begitu istimewa. :). Belakangan tetep ya saya minta foto bareng..hahaa.. Saya juga tanyakan apakah akan membawakan semua lagu di Album Terbaik 2010 versi Rolling Stone ‘Ode Buat Kota’. Iya kata Acum. Padahal saya juga pengen dengar ‘Satelite’ yg tak ada di album itu. Perbincangan pun terpotong karna ada yang minta foto bareng. ‘Perasaan tadi gak ada yg minta foto sebelum kita ke sini, kenapa sekarang ngantri ya’ umpat saya dalam hati.

The show would begin!
Saya pernah berjanji tidak akan membawa ‘DSLR Alpha’ saya waktu nonton Bangkutaman. Sejujurnya saya suka foto stage. Tapi tidak kali ini. Kenapa? Serius saya cuma mau menjadi penikmat musik saat nonton gigs mereka. Saya cuma mau menjalani ritual ini dengan khusuk. Baiklah saya mulai dari menikmati mereka check sound. Menyetel ‘gear’ masing - masing. Memandang Justinus Irwin memastikan bahwa gitarnya siap tempur. Memperhatikan Wahyu ‘acum’ Nugroho membetot pelan bass nya kemudian memastikan bahwa harmonikanya telah aman dan tepat di depan bibirnya. Dari kejauhan juga saya mencari - cari Dedyk E Nugroho sang pengacara memukul pelan se set drum di depannya, atau sekedar memutar mutar stik nya.

‘Hilangkan raut muka berpura - pura. Hilangkan seribu senyuman tanpa muara. Hilangkan keangkuahan. Hilangkan semua sanjungan. Ku takkan dengar. Hilaaaanggggkaaaaannnnn, semua dariku’

Ekstase saya pun dimulai dengan ‘Hilangkan’ lagu kemarahan personal pada mereka yg di Senayan.
Secara pribadi saya selalu suka band (indie) yg concern pada perpolitikan.
Sebenarnya gigs ini 90 derajat beda sama yg di Jogja. Waktu itu di Jogja (Mei 2010) penonton sing along karena memang banyak yg tahu bangkutaman. Namun di sini, hanya beberapa orang saja yang ikut sing along termasuk saya. Wajar sih, sebanarnya banyak yang gak tau terutama yang gak terlalu tau sama band Indie. Selama lebih dari 10 tahun bersama sebenarnya Bangkutaman udah ngeluarin 2 album. Memang yg lebih booming adalah Ode Buat Kota keluaran Jangan Marah Record (Label milik Efek Rumah Kaca). Tahun 2010 ‘Ode Buat Kota’ pun sering di putar di radio - radio baik di Jogja maupun kota lain.

Kembali ke konser malam ini. Saya ekstase, saya sendiri. Saya sing along, saya tepuk tangan, saya goyangkan kaki, sebenarnya saya pengen loncat tapi saya sadar badan yg segaban ini. Saya gak perduli orang - orang melirik ke saya yang nyanyi sambil teriak - teriak. Seluruh dunia harus tahu, saya EKSTASE. Siapa suruh lu lu pada gak tau Bangkutaman jadi gak bisa sing along kan. Hahaa..

ALUSI pun menjadi lagu kedua. Banyak penonton yg teriak waktu dendangkan ALUSI. Kenapa? Karna Alusi itu bahasa batak yg artinya ‘Ngomong dong sama gue’. Saya sendiri belum paham sih apa arti ALUSI di lagu itu.. ALUSI ALUSI.. Atau jangan2 sebenarnya ini akronim dari Ah Lu Sih.. Hahaa.. Forget it.

Pasca Alusi, dua MC menyebalkan pun memotong ekstase saya dengan semena - mena. Apa coba! Mereka mengumumkan juara2 lomba dan penyerahan hadiah.. What?. Saya aja males ya liatnya..

Oke, karena bakat saya adalah mengkritik maka di paragraf ini saya akan sempatkan mengkritik dua MC ini. Pertama, harusnya sebelum mereka nge MC tolonglah ya kak bang, di kenal dulu bangkutaman itu siapa, namanya siapa aja, asalnya dari mana, minimal kamu sok tahu lah satu aja lagu mereka, minimal tahu lah 0DE BUAT KOTA walaupun hanya na na na na na nya aja. Jadi kamu gak perlu nanya, ‘mas namanya siapa?’ Mereka itu guest star mbak, bukan penonton yg lagi ikut kuis atau game’. Apalagi MC yg cowok bilangin Irwin ‘mas yang di sebelah kiri’ serius, harusnya itu gak perlu terjadi kalau mereka mau searching barang 5 menit apa dan siapa bangkutaman.
Kedua, tentu sajalah pemotongan2 di tengah2 gigs mereka. Itu sungguh mengganggu!

Baiklah, karena tulisan ini sebenarnya sangat personal, biarlah saya meneguhkan kesarkasan saya.. Hahaaa..

Lanjut ke lagu ketiga yg balade ‘Jalan Pulang’ kata acum ini cerita tentang kereta api perjalan mereka dari Jogja ke Jakarta. Ya, dulunya anak rantau mereka ini.. Jogja tempat mereka belajar dan Jakarta kampung halaman mereka. Sungguh di catatan ini saya gak akan komentar tentang petikannya Irwin, Betotannya Acum, atau Gebukannya Dedyk. Karena saya gak ahli menilai skill bermusik dan genre. :)

‘Menjadi Manusia’ sangat filosopis sebenarnya lagu ini.. ’ Makna itu mati jika manusia hanya marah dan bermimpi. Bumi surga tak pernah serasi, itu kata pasti. Tutup mulut dan coba menunduk kita semua yg terkecil. Berfikir di tepi detik jauhi akhir. Jangan memuji bila tak mengerti suara hati’
Keren banget kan ya. Manusia itu jangan marah dan mimpi doang, usaha dan harus sadar apa yg dia lakuin. ‘Jangan memuji bila tak mengerti suara hati!’


Dan lagu favorit saya pun teralun dan membuat saya semakin EKSTASE. Catch me when I fall. Track terakhir di album ode buat kota ini memang punya daya pikat luar biasa. Bunyi harmonika acum di intro lagu mampu menghipnotis siapa pun. ‘Wooooo, catch me when I fall, when the sunshine will always shine for you, you know it’s true’. Saya pun makin menggila.. Maaf ya risky armila, pasti kelihatan kayak orng stress ya tadi..

Saya sangat menyesalkan bahwa lagu keenam menjadi lagu penutup. CUMA 6 lagu? Harusnya kan 10 biar satu album OBK. Pengennya sih gitu ya.. Saya pun sudah yakin bahwa lagu ODE BUAT KOTA adalah klimaks dari gigs mereka. Yang membuat OBK ini sangat impresif adalah na na na na na nya. Bagi yg tidak terbiasa mendengar lagu berat, na na na itu tentu stimulus yg ampuh untuk menyukai OBK.. Para audiens pun tepuk tangan ala na na na na.. Lagu ini tentu saja satir. Yang ingin di protes di sindir dengan pujian. Makanya di sebut ODE pdahl isinya sindiran buat Jakarta yg ruwet mak kedundut.

Bangkutaman pun turun dan menuju backstage dan segera dikerubungi oleh fans baru maupun yang sekedar ingin foto saja. Si risky ingin foto berdua dengan Irwin karena menurutnya senyum Irwin itu maut banget.. Hahaa..

Acum, Irwin, dan dedyk pun dikerubungi para penonton. Pasca foto saya pun mengajak Dedyk yg kebetulan tidak sesibuk irwin dan acum yg menjatah foto bareng. Bang Dedyk ternyata pernah tinggal di Sidikalang selama 5 tahun. ‘Wah, pantas mengalir darah pengacara ya bang’ goda saya.. ‘Hahaa, benar. Udah melekat ini’ balasnya. Bang Dedyk bilang sama saya ‘kalo ke Jakarta bilang2 ya atau mudah2an kita bisa ketemu di Jogja lagi,’. Saya tahu itu cuma basa basi, tpi itu menunjukkan dia menghargai saya. Lagi2 percakapan pun harus terpotong karena ada yang mau foto bareng. Saya pun pamit ke bang Dedyk. Saya juga menyempatkan memberikan buku Fira Basuki yg baru saya beli tadi sore kepada Irwin. Kenapa Irwin? Simple sih, karena selama ini tidak sekali pun Irwin tidak membalas apa saja yg saya tanya di FB. He’s so kind. Bahkan saya punya sebuah album di FB dengan nama album ‘Justinus Irwin’ berisi 5 foto Irwin yg saya shoot dengan Alpha saya Mei 2010 di purnabudaya UGM.

Di lain sisi yang membuat saya senang malam ini adalah saya bisa secara langsung dengar (lagi) acum di sela sela menyanyi bilang ‘Oya’ it’s so cool anyway :)

Saya tahu catatan ini sangat personal dan tidak mengandung unsur materi musik sama sekali. But, I am totally Happy tonight to see Acum, Irwin, and Dedyk.

Oia, buat panitia. Plis ya backdrop nya itu. BANGKUTAMAN bukan BANGKU TAMAN.

Demikian.

Aku di beranda belakang sekarang

Aku ada di beranda belakang saat kau membaca surat ini. Surat yang sengaja kulipat bentuk katak dan ku masukkan sebuah amplop berwarna merah hati kemudian ku letak di pintu depan, agar kau mudah mengenalinya.

Kau pasti terkejut aku sudah di rumah sore ini. Maap ya sayang, aku selalu menghabiskan sore di meja kerja lapuk, menulis ‘drama’ yang esok pagi harus sudah di baca semesta.

Namun ini harimu..
Aku ada di berandan belakang sekarang menantimu untuk bersama menikmati sore jingga, hembusan angin yang meresap ke tiap lubang pori - pori..

Aku sudah menyiapkan dua kursi tempat kita menyanggah lelah. satu vas bunga lili yang ku beli tadi siang, dan secangkir kopi untukku serta segelas susu untukmu.

Tolong singkirkan laptop, modem, buku laporan, dan koran sore. Karena yang ku ingin hanya aku, kau, cerita senja kita, serta sebuah kecupan penyejuk.

Aku di beranda belakang rumah kita sekarang. Menabung rindu akan ceritamu. Menahan diri untuk segera mencium harum tubuhmu.

Kau cepat ke sini,
Beranda belakang rumah kita..
Aku rindu menggebu..


#30harimenulissuratcinta

Nasihat yang baik sebelum tidur.

Tidurlah,
Ini sudah larut dan sebentar lagi malam menjemput mentari untuk berganti piket dengan pagi..
Aku tahu kau sudah terlalu lelah. Memang fisikmu tidak, tpi pikiran dan perasaanmu siapa yang tahu? Ah, sepertinya aku tahu.

Iya aku paham kok. Setiap hujan datang kau ingin menjadi payung bagi dia yang tak tergapai. Kau ingin jadi benda mati yang diakuinya. Karena ia tak mau melihatmu sebagai sosokmu maka kau pun ingin minum ramuan polijus agar kau menjadi orang lain.

Kau bilang kau ingin ramuan polijus yang terkomposisi dari 3 helai rambut putri bulan. Karena dia tergila gila pada putri bulan, maka kau ingin jadi putri bulan. Sungguh kau tidak perlu menjadi orang lain, tolong singkirkan ide polijus itu! Kau bahkan tidak perlu memperjuangkan lelaki yang bahkan lupa nama lengkapmu!

Sadarlah, duniamu bukan hanya selebar dia. Kau kuat kau perempuan kuat. Aku percaya kau sebenarnya lebih besar dari yg kau pikirkan.

Kau terlalu muda untuk menjadi layu.. Hai, kenapa begitu lesu? Perlu kubantu kau menarik kelopak matamu dengan jariku agar kau bisa melihat bahwa ada langit biru dan padang rumput hijau. Dunia ini bahkan terlalu indah untuk tidak kau nikmati setiap detiknya setiap massanya, setiap udaranya yg bergerak menjadi angin.

Aku paham kau kesepian. Karena kau terlalu sulit untuk menemukan kembali orang berporsi pas bagimu. Kau memang selalu memuja ke’pas’an. Tidak lebih dan tidak kurang, begitulah prinsipmu. Ku tekankan padamu, jangan mencari ‘pas’ pada sosok lain, konstruksilah ‘pas’ pada dirimu yang layu akibat ketidak seimbangan dan kegalauan yang sangat kau resapi.

Ini sudah larut,
Esok pun kau harus kembali mengais asa di setiap sudut kota ini. Jangan terus jadi aktor, kdang pada sebuah titik kau cukup menjadi penonton yang duduk dengan nyaman di sudut kota bersama secangkir coklat panas tergenggam di tangan sebelah kanan.

Tidurlah..
Kegalauan hanya mampu dikalahkan dengan tidur. Tidak perlu membawa hati yang hancur dalam mimpi. Perlahan, aku akan mengelus kepalamu perlahan sampai kedua kelopak matamu mulai bertemu.

Tik tik tik..
Hai, itu rinai hujan.
Aku harus pergi.
Kendaraanku pun tiba bersama petir yang menyambar.
Aku harus pergi membaur bersama bulir air bertebar di tanah kemudian masuk ke dalamnya.
Meresap mencari keseimbangan hidup yg nyata.


#30HariMenulisSuratCinta
Surat dari saya untuk saya..