Tuesday, January 18, 2011

Hari ke 6 - Berdua Menuju Semesta

Aku yakin kalau kau akan terkejut mendapati surat ini di kamarmu yang berantakan itu. Aku menyisipkan surat ini di atas lemarimu. Beruntung kau menemukannya, karena sesungguhnya aku malu jika kau membacanya. Kita tahu, kita tidak pernah se mellow ini hingga bersurat. Tapi aku harus menyuratimu karena kau yang paling mengerti aku.

Kau tau pergaulan wanita urban sekarang kan. Sesama wanita memanggil, say, sayang, cinta, beybeh, dan sejenisnya. Sumpah mati, kita gak pernah melakukan itu. Karena kita sama sama jijik dengan panggilan itu, kita melihat itu sebagai efek tumbuhnya kuantitas lesbian di negeri ini. tentu saja aku lebih suka memanggilmu bu joko dan kau sebaliknya memanggilku bu gendut.

Orang boleh mengejek kita yang seperti angka 10. Kau yang sangat kurus dan ringkih serta aku yang buntal dan bulat. Kau wanita jawa yg bersikap halus dan mudah sakit hati pada awalnya. Dan aku tentu produksi batak yang keras perkataan namun kau percaya aku baik hati. Ntah kenapa hingga saat ini kau masih takut padaku dengan karena aku ekspresif sekali?

Ya aku tau, kau tentu orang yg paling sering jdi pelampiasan mood ku yg tidak baik, namun percayalah bahwa itu karena org terdekatku. Begitu pun kaui sebaliknya.

Banyak hal gila yang kita lalui bersama, sejak minder ketika awal menjadi mahasiswa, kemudian bertransformasi menjadi demonstan yang sayangnya tidak punya catatan seperti Gie, mengendalikan biduk organisasi, semua kita lalui bersama.

Kau tau, kau lah satu satunya orang yang percaya bahwa aku akan selalu menunggu Undut, bahkan saat Undut sudah duda dan bersama paketnya. Kau satu2nya bahwa aku menikmati peranku sebagai orang yang menunggu. Kau pula yang membantuku memunguti pecahan cinta yang berserak di altar.

Kita berdua selalu tidak bisa memiliki rahasia, kita pasti bercerita. Saat kita semua berpisah, kau adalah orang yg paling sering ku hubungi di udara. Karena aku percaya semua akan baik - baik saja bila berbagi denganmu.

Kau memang tidak pernah memelukku seperti yang dilakukan wanita lain ke sahabatnya, kau selalu menepuk bahuku, karena aku percaya tepukan bahu adalah bagian dari transfer energi.

Aku memang senang diperlakukan sebagai perempuan kuat, kau tau itu dan kau selalu memperlakukanku seperti yang aku mau. Kau yang paham aku.

Kadang aku yang tidak memahamimu, masih cemburu pada pacarmu yang secara perlahan merebutmu dari aku dulu.. Ah, lupakan.

sekarang aku dan kau sedang berada pada fase depresi menuju gila. Itu karena kita yang tak kunjung bekerja setelah lulus kuliah. Hahaa, nikmatilah saja kegelisahan ini, segala denyutnya yang merobek sepi. Kelesuan ini jangan lekas pergi aku menyelami sampai lelah hati.

Kawan, kita nikmati saja fase ini, mungkin dengan tahu fase ini kita akan tahu betapa manisnya fase mendatang. Kau tahu aku akan ada kapanpun kau butuh. Mendengarkan cerita mengantarmu ke ujung dunia, aku akan slalu ada.

Karena kita selalu berdua menuju semesta :)


Untuk sahabatku Ariyana Lestari yang selalu ada apapun aku dan kondisiku. Selembar untukmu rik dalam #30HariMenulis Surat Cinta

1 comment: