Tuesday, June 8, 2010

ULLEN SENTALU, MUSEUM LABIRIN, BUKAN MUSEUM BIASA

Berkunjung ke museum kemungkinan bukan kebiasaan orang Indonesia. Bisa banyak hal yang menjadi penyebab. Pertama, bisa jadi memang kultur masyarakat yang lebih ingin mengunjungi tempat wisata dari pada tempat dokumentasi sejarah. Atau karena memang Museum di Indonesia tidak di kemas dalam bentuk yang menarik sehingga lebih terkesan sebagai tempat tua dan bau. Di luar negeri, khususnya Eropa, Museum adalah tempat yang mahal. Karena dokumentasi sejarah tersebut dirawat dengan baik , menarik, dan informatif.

Saat ini aku mulai merencanakan tour de museum. Kok bisa?
Aku memang terinspirasi sejak aku berkunjung ke suatu museum terbaik yang pernah ku datangi ..hahahah

Well, ini ketiga kalinya aku menjejakkan kaki di Museum. Dua museum sebelum adalah museum wayang di jalan wonosari, Jogjakarta, dan Museum Kraton Solo. (Sebelumnya maaf, pada note kali ini aku gak bisa nampilin banyak foto. Karena akses untuk berfoto sangat terbatas)

Here, the third is ULLEN SENTALU, begitu penyimpanan potret sejarah dari kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Yogya, dan Kadipaten Surakarta ini dinamakan. Keempat ini sebelumnya adalah satu kesatuan dibawah naungan kerajaan mataran islam. Kemudian pecah menjadi keraton Ngayogyakarto dan keraton surakarta melalui perjanjian giyanti (1755).{Kalau ada yang salah mohon di koreksi, nilai sejarahku PAYAH :) }.

Menurut Guide yang membawa kami museum ini memang bertujuan untuk menggabungkan dokumentasi sejarah dan budaya keempat "saudara' ini. Ullen Sentalu adalah bukan museum pemerintahdan berdiri atas inisiasi keluarga Haryono pada tahun 1994 dan diresmikan pada 1 Maret 1997 (http://www.ullensentalu.com/profile.php) dan berada di daerah Kaliurang, Jogjakarta.

Bersama dengan keluarga besar BHP, Minggu (6/6) aku mengunjungi museum ini. Tidak ada penunjuk arah dan palang depannya pun terasa sangat tidak menarik serta tidak provokatif (provokatif agar orang-orang mau berkunjung). Banyak pohon tinggi dan parkiran yang kurang luas. Serba tidak meyakinkan.

Waktu mau masuk, rombongan yang berjumlah 25 orang ini heboh minta foto di depan museum yang ada tulisannya welcome to ullen sentalu. Sibuklah berpoto-poto keluarga..hahaha

Awalnya aku pikir, ini akan sama dengan dua museum sebelumnya. Sama-sama bau tua, bau debu. (Bau khas museum) kurang terawat, gelap, seram, dan lain-lain. Tapi aku salah. Mari kita mulai kesalahan prediksiku ini.

Ketika pertama kali masuk dan diingatkan oleh petugas karcis untuk tidak berfoto (berfoto saat mengelilingi museum adalah hal haram di sini. Mau tahu kenapa? Nantikan analisisku, sesaat lagi :D )
Menjejalkan kaki yang kita dapati bukan ruangan dengan lemari berdebu, atau alat-alat sisa peperangan (soalnya waktu masuk museum kraton solo yang pertama ku dapat adalah meriam bernama kiai sapen) melainkan hutan hijau.. Pohon-pohon yang tinggi, kolam, serba hijau tersedia di depan mata. (bagi yang terbiasa dengan kebisingan dan kepadatan kota, masuk ke sini adalah sebuah relaksasi yang cukup mantap)..

Berjalan di tengah hijau sampai akhirnya kami pun mendapati sebuah pintu. Saat kita masuk terlihat di sana adalah AC. Museum ber AC bok... Ruangannya bagus bener. warna kuning lampu pun menambah eksotika ruang ini. Sumpah, ruangan ini gak bau!! :D dan sepertinya juga bersih dari debu..

Rombongan kami dipimpin oleh seorang guide, bernama..aku gak tahu namanya. Karena dia termasuk dominan dalam note ini. Let me call her "Mbak guide". Si mbak guide ini pun memberi welcoming speechnya kepada kami. Kembali mengingatkan kembali bahwa berfoto sangat di larang, dan meminta para rombongan untuk pay attention kepadanya.

Well, Di ruangan pertama ini ada beberapa gamelan dan beberapa lukisan orang menari. Sepertinya ruangan pertama ini memang khusus untuk seni musik dan seni tari. Mbak guide pun mulai menjelaskan mengenai lukisan-lukisan di atas dinding itu.

Tanganku pun beradu cepat dengan kecepatan bibir mbak guide. Aku memang mencatat hal-hal penting yang ia sampaikan. (tambah2 pengetahuan). Lukisan pertama yang diterangkan oleh mbak guide adalah lukisan seorang penari serimpi. Penari muda dan dalam lukisan ini bernama Gusti Nurul....(lupa nama panjangnya. Saat ini umurnya 89 tahun dan kalau tidak salah sekarang tinggal di Jakarta. Menurut mbak guide, Gusti Nurul adalah orang yang perempuan banget (aduh diksi ku elek men)..Namun juga tomboy karena hobinya adalah berkuda (berkuda nggae kebaya karo jarik..hahaha)..Selain itu gusti nurul juga sangat menentang poligami. Kalau tidak salah Soekarno dan Sultan HB IX pernah melamarnya. Namun di tolak karena ia menentang poligami dan tidak ingin menyakiti perasaan perempuan lain :)


Dalam lukisan tersebut, Gusti Nurul sedang menari Serimpi. Serimpi pada awalnya adalah tarian eksklusif yang hanya ada di keraton dan hanya ditarikan oleh orang keraton. Setiap putri di keraton wajib bisa menarikan tarian ini. Sebelum menampilkan tarian ini di acara-acara penting keraton seorang penari harus terlebih dahulu melakukan ritual-ritual khusus dan puasa. Puasa dilakukan agar saat show time penari tersebut terlihar cerah.

Namun, ketika sultan HB IX menjadi raja. Terjadi Reformasi Budaya. Dimana pada saat itu semua eklusifitas budaya di turunkan levelnya. Serimpi mulai boleh ditarikan di luar keraton dan orang luar keraton. Batik juga boleh digunakan oleh orang biasa. Namun dengan catatan bahwa ketika ke keraton tidak boleh menggunakan batik bercorak PARANG. Karena batik corak PARANG biasa digunakan oleh raja. Sehingga kalau ke keraton menggunakan motif jenis ini, bisa dianggap menyamai derajat raja. Dan itu bisa dianggap tercela..

Lukisan selanjutnya adalah lukisan sultan hamengkubuwono IX dengan pakaian jas (bukan pakaian jawa). Menurut mbak guide, ketika bersekolah di Belanda, Sultan HB IX biasa dipanggil HENGKY.. (Nama ini terasa begitu gaul pada jaman itu, bisa jadi pada tahun 1920 an atau 1930 an)...Menurut mbak Guide, Sultan HB IX adalah raja yang sangat merakyat, dan open minded. Bahkan, pada saat menjelang kemerdekaan indonesia, Sultan dengan Arif bijaksana menyatakan bahwa kerajaannya turut bergabung dengan Indonesia dengan syarat status DIY sebagai daerah istimewa.

Kami terus berjalan, seperti menyusuri lorong yang seperti perpaduan antara tradisional dan modern. Banyak lukisan yang diterangkan, tapi jariku tidak mengetik secepat bibir mbak guide mengucap.
Yang paling aku ingat adalah lukisan seorang perempuan setengah baya yang akan menatap kita dari sisi manapun kita menatapnya (sesungguhnya ini menyeramkan hehehe..). Lukisan ini adalah lukisan 3 Dimensi.. (gak ngerti pun aku apa maksudnya 3 dimensi)..

Aku tidak bisa mengingat secara sempurna, tempat-tempat yang kami datangi. Tapi aku berusaha sekuat mungkin mengingatnya. Kami pun berjalan menuju ruangan lain. Jalannya belok-belok dan complicated. aku yakin dari atas museum ini seperti Labirin. Kenapa bentuknya labirin dan complicated.. Sepertinya aku punya spekulasi di akhir note ini :)

Kita masuk ke sebuah ruangan yang isinya baju pengantin jawa (basahan). ada 8 bagian dari baju ini. aku lupa detailnya. Tapi ada sesuatu di daerah perut si perempuan, laksana harapan agar si perempuan subur dan bisa menghasilkan keturunan. dan di ruangan itu pula ada lukisan/foto seorang raja/adipati (aku lupa tepatnya) solo tua dan tambun yang sangat kaya pada zamannya bersama seorang gadis sepertinya berumur 17-20 tahun. Menurut mbak guide, raja/adipati
tersebut memiliki 41 istri dengan 67 anak. (gak capek apa buat anaknya y)..So Patriarcy bleh...:P

Beranjak ke ruangan khusus. Ruangan yang hanya berisikan surat cinta Tineke. Tinike adalah putri bangsawan (aku tidak berhasil mengingat nama aslinya dan apakan dia berasal dari keraton jogja atau solo, PAYAH!!! ).. Surat yang masih dalam tulisan tangan asli itu dibingkai. Kebanyakan surat berbahasa belanda. Namun tenang saja ada translatenya kok. Surat tersebut diterjemahkan dalam tiga bahasa, Indonesia, Inggris, dan Cina/jepang (lupa juga mana satu yang betol)..Ada surat ketika tineke patah hati karena ia harus dijodohkan dan meninggalkan orang yang dicintainya (hadooh, siti nurbaya bgt yak).

Next Room is Batik Room. Banyak banget jenis batik yang dilipat dan di taruh dalam plastik di beberapa lemari kaca. Ada batik Jogja dan batik solo. Perbedaan antara keduanya, kalau batik jogja warnanya lebih terang seperti putih, dan coraknya gede-gede.. Sedangkan batik solo, warnanya lebih seperti coklat kekuningan, gelap dan yang pasti coraknya lebih padat, kecil-kecil, dan spesifik.

Jenis batik berdasarkan coraknya juga banyak. Sayangnya aku gak punya gambar batiknya..
Beberapa jenis batik yang sempat ku catat dari keterangan mbak guide. ternyata batik juga memiliki filosopi dan harapan tersendiri di tiap coraknya

1. Batik Boko Kencono= agar mudah rezeki.
2.Udan Liris=rejeki yang selalu turun seperti gerimis. Tidak perlu banyak namun terus menerus.
3. Parang atau Pisau= artinya kekuasaan. Batik parang ini jangan digunakan pada saat mantenan (hari pernikahan) karena dipercaya akan membawa kecarut marutan.
4. Ceplok=keseimbangan berpikir (bah, ini yang paling ku inginkan, pake batik ceplok ah..hahahah)
5. Abimanyu: Kesatria. agar memiliki jiwa ksatria seperti abimanyu. Tokoh dalam pewayangan mahabarata.

dan masih banyak jenis batik lain yang tidak bisa ku ingat satu persatu we..

Masuk ke ruangan terakhir, ada patung seorang perempuan sedang berdandan dengan kaca di tangan kirinya. di ruangan itu juga ada lukisan yang menggambarkan acara budoyo ketawang (solo) atau Semang (jogja). Yakni acara peringatan pernikahan antara raja keraton dengan penguasa pantai selatan, Nyi Roro Kidul. Dalam gambar ini ada 9 penari yang menari di depan raja, dan penari ke 10 adalah nyi roro kidul dan ia (nyi roro kidul) di gambarkan menari sambil melayang dan gambarnya tidak senyata gambar yang lain. (Sumpah, serem :D )... Sebenarnya masih banyak hal lain di ruangan itu..

Ada tama di depan ruangan itu, dan aku yakin dan percaya tempat itu bagus bener buat pre atau pasca wedd..Tapi bisa atau gak di pake, it's not my bussiness..:D

Kita pun terus berjalan menuju persinggahan terakhir yakni ruangan khusus dimana para pengunjung disediakan Ratu Emas Drunk, minuman dengan 7 resep rahasia keraton yang di jamin bisa buat awet muda.. hahaha....

Keluar dari tempat itu kita kembali dihadapkan pada hutan yang terawat, sungguh hijau. apalagi waktu itu hujan.. beuh.. macam betolll ajalah. kolaborasi antara romantis dan seram...

Oia, analisaku kenapa di ULLEN SENTALU ini gak boleh poto-poto, tempatnya labirin, dan harus menggunakan guide yang sudah disediakan oleh pihak museum.

Pihak museum ingin para pengunjung mengerti dan benar-benar paham dengan apa yang mereka lihat di museum tersebut. Makanya di pake lah guide biar bisa ngasi penjelasan kepada pengunjung tentang benda-benda di tempat tersebut. Karena tanpa guide, kita cuma bisa lihat fisiknya doang tanpa tau apa yang ada di dalam fisik itu. Gak boleh foto-foto, karena kalo berfoto diperbolehkan, maka para pengunjung hanya sibuk mengabadikan gambar mereka dan tidak fokus pada apa yang dikatakan oleh si guide. Kenapa bentuk museumnya ribet dan seperti labirin, karena biar pake guide.. (gak tau ini kepentingan ekonomi, atau usaha untuk memperkenalkan budaya, atau kombinasi keduanya)

Tadi sore, aku bertemu dua teman baru di sebuah coffee shop di jalan kaliurang. Kami bercerita tentang Ullen sentalu, ternyata mereka juga sangat menyukai museum luar biasa itu.. Namun menurut Tasya, salah seorang dari mereka, mengapa di museum tidak boleh berfoto karena di museum pernah trjadi pencurian. Dengan menggunakan foto, si pencuri bisa mengaabadikan jalan keluar masuk museum..

Hmmm, Masuk akal juga sih, Ya demi keamanan. Kami akui manajemen museum ini sangat bagus dan mereka sangat profesional..Banyak sekali yang terlewatkan dari tulisan ini, Namun aku yakin tidak akan menyesal bila menyempatkan sejam dua jam untuk datang ke museum budaya ini..

Bagi teman-teman yang ada di jogja, atau akan segera ke Jogja, atau berencana ke Jogja.
Jangan lupa kunjungi Museum ini. (sungguh saya tidak mempunyai motif apa-apa, hanya ingin berbagi saja..)

Next Museum,-Museum Affandi


Tabik..

No comments:

Post a Comment