Tuesday, June 1, 2010

(Bukan) Surat Usang

Tidak,
Aku tidak sedih,
Cemburu?
Bilang saja iya.

Kan sudah aku bilang,
Aku lulus kelas keikhlasan dengan nilai A,
Tak perlu mengkhawatirkan perasaanku,
Perasaanmu lebih penting dari pada milikku.

Kau melepas janji denganku,
Dan telah pula kau terikat dengan yang lain,
It's a not big deal, my right man..

Bagiku,
Akan lebih baik jika kau dengannya.
Berarti akan ada yang membangunkanmu di pagi hari,
Ada yang mendengarkan semua ceritamu,
Ada yang menjadi teman diskusi yang bermutu,
Ada yang mungkin menemanimu di udara sebelum tidur.
Ya mungkin seperti dulu.
Kau, menjadi apa yang lebih baik yang kau inginkan,
itu lebih penting daripada harapan kita dulu.

Dan wanita itu nyata,
Tidak seperti aku yang maya di udara,
Dia lebih zahir dalam support,
Mungkin dia lebih sabar dan bisa berpikir positif di bandingkan aku.
Karena aku selalu terlambat di kelas berpikir positif dan kelas kesabaran,
Soalnya bapak dosen mengajar dengan cara yang membosankan.

Dee pernah bilang bahwa cinta itu membebaskan,
Aku bisa jadi sangat memahaminya sekarang,
Dan aku percaya.
Tak perlu harus menatapmu setiap hari,
Tidak perlu untuk mengharapkanmu selalu nyata,
Untuk bisa mempertahankan perasaan ini.

Ini mungkin sangat gampang,
Tetap menjaga apa yang ku punya untukmu dulu.
Tapi tidak gampang,
Untuk membuatmu ada untukku.

Alur yakinku teguh
Bahwa keberadaanmu adalah tersier,
Karena hidup tak selama linier.
Membiarkan rasa ini tetap subur dan alami, itu yang primer :)

Aku tak bisa memaksakan restorasi keberadaan dan perasaanmu tentunya,
Setidaknya seperti seperempat dekade yang lalu,
Tapi tidak adanya degradasi perasaanku sejak seperempat dekade yang lalu,
Adalah hal yang sangat membuatku bangga,
Bahkan setelah banyak airmata, ingus, dan kesembaban yang ku alami,
Sejak kita memutuskan untuk tidak 'se ideologi' lagi.

Duhai Mata Berdebuku,
Tak ku pelajari dimana pelangi itu,
Di antara kabut ku cari jemari itu,
Dan aku tak bisa melangkah diantara musafirnya,
Sabarku mendaki puncak hatimu.
Kesan yang terjadi di ladang lara batinku,
Dan aku tak bisa melangkah di antara musafirnya,
Dan aku rindu melangkah di duniamu.
Di antaraku janjimu terlunta.

Kau pasti tidak tau betapa lagu ini sangat mereprsentasikan aku saat ini, mata berdebuku.
Ah, Elegi sekali..
Tapi aku memang rindu.

Sudahlah,
Aku hanya ingin menegaskan bahwa kau tidak perlu marah, ataupun benci karena sampai saat ini aku masih sama.
Karena fisikmu itu tersier, kau boleh tidak ku miliki.
Namun hatimu masih terasa dekat dengan hatiku, itu yang selalu ku jaga.

Aku tidak bertele-tele menginginkan kau sebagai ayah dari hujan.
Tidak, itu hanya fisik.
Karena cinta itu ada di hati, tidak bisa diterjemahkan lewat peristiwa,
Kau pasti tidak akan mengerti mengapa aku masih berbodoh-bodoh mempelajarimu,
Padahal aku sudah kau biarkan sendiri berteman malam di kotamu,
Ah, aku juga tidak tau kenapa aku mau,
Dan aku juga tidak mau tau.

Satu hal yang paling penting,
Tolong jangan katakan ini berlebihan,
Karena berlebihan itu subjektif,
Kau tidak akan pernah tau dimana ukuran sesungguhnya.










No comments:

Post a Comment