Ini catatan geram. Ah, geram saja tidak cukup boii. Marah? Tidak cukup hanya marah lah. Kata ini harusnya sudah dimuseumkan! Yakinlah akumulasi kemarahan adalah Muak. Tapi saya kira muak juga belum cukup menggambarkan titik kulminasi ini.
Dalam satu minggu ini sudah ada dua orang yang datang ke DPR melakukan aksi 'memalukan'. Pong, aktor senior perfilman Indonesia, memanjat atap kura-kura gedung DPR yang katanya miring itu. (Wah, sebenarnya saya ingin tanya ke om Pong, dari pengalaman pribadinya memanjat atap itu, apakah gedung DPR itu benar-benar miring, atau jangan-jangan memang otak penghuninya yang pada miring) kemudian menuliskan tiga kata JUJUR TEGAS ADIL. Saya pribadi melihat ini sebagai implementasi sebuah perasaan di atas muak (yang belum saya temukan kata sifat yang tepat) milik Pong terhadap DPR, atau mungkin sebenarnya terhadap carut marutnya negeri yang kita cintai ini. tadi siang (3/8) seorang PNS dengan berteriak-teriak, menangis, mengoceh sana-sini, dengan membawa sebuah dokumen mendatangi DPR untuk melaporkan Bupati (lupa wilayahnya, Parah!) karena bupati tersebut belum membayar gaji 13 ribuan PNS di wilayah kekuasaannya tersebut.
Sebuah perlakuan yang sama ditujukan kepada kedua 'orang nekat' tersebut. Para anggota keamanan gedung DPR tersebut, menarik paksa kedua orang tersebut, kemudian diangkut ke pos keamanan, diintrogasi, kemudian dimaafkan dengan syarat tertentu, terakhir di suruh pulang. Keduanya tidak diizinkan bertemu anggota DPR atau pun DPD barang satu pun. Keduanya diperlakukan seperti pembuat onar dan kerusuhan. (atau dianggap orang gila, makanya di suruh pulang dan tidak dijebloskan ke penjara).
Saya kira keduanya hanya ingin bertemu dengan mereka yang mengklaim sebagai wakil rakyat. Mereka yang Job Descriptionnya adalah mendengarkan aspirasi rakyat. Namun ketika rakyat ingin bersuara, mereka malah bersembunyi di rumah kura-kura atau mungkin di rumah istri kedua dan menutup kedua telinga.
Lalu ketika mereka (mau DPR, DPD, Pemerintah, semuanya lah) butuh pengisi dompet. Maka mereka menjadikan rakyat sebagai alat untuk mencairkan dana. Atas nama rakyat, demi kepentingan rakyat, berjuang bersama rakyat. aku cuma mau bilang. Bullshit, makan aja kentut kau itu!!
Saya kira mereka tidak perlu playdoy bahwa rakyat Indonesia ini bersu'udzhon pada mereka. Karena sudah jadi rahasia umum mereka itu seperti itu. Banyak omong dari pada gerak!!!
Digelontorkan wacana Absen DPR, Ngamuk!!. Di sindir lewat lagu, Ngamuk!!.. "Kami kan terhormat!!"itu pasti dalam hati (busuk) mereka.
Ribuan orang sudah mencaci mereka. Opini publik, isu, wacana, terus digulirkan. Namun sepertinya mereka sudah punya penyumpal kuping yang canggih. Sumpal aja teros, pura-pura buta aja terus. Biar budek dan buta beneran!!
Sukarno, Hatta, Tan, Syahrir, semuanya.. Lihat negeri yang kalian bangun bertaruh nyawa ini. Semua gila harta, gila kekuasaan, hukum hanya komoditi bukan lagi benar salah, kebenaran milik mereka yang beruang, ajarkan mereka menjadi berjuang. Sungguh, jangan ajarkan mereka demokrasi uang!! Ah, aku kira kalian juga tidak punya ilmunya. Datanglah ke mimpi para penguasa ini dan ancam mereka!! Tolong Ancam Mereka!! Todongkan pistol ke arah jantung mereka. Agar mereka tahu, terancam nyawa yang selalu kalian alami untuk mendirikan negeri ini. Datanglah ke mimpi mereka, Ancam dan perlu tembak mereka!!
http://jurnal.umy.ac.id/index.php/nabila
ReplyDelete