Heii,
Selamat Ulang Tahun,
Aku bahkan masih mencintaimu seperti dulu,
Bukan karena hegemoni orde baru,
Maupun trend sok nasionalis.
Hei,
Ingat dulu,
Ya setidaknya sekitar 4 tahun yang lalu,
Kita selalu memperingati ulang tahunmu dengan lomba balap karung, memasukkan paku ke dalam botol, memindahkan belut, dan
tentu saja yang paling ku takuti lomba lari
sambil mengapit balon.
sungguh saat ini aku memaknaimu dan ulang tahunmu bukan lagi sebagai sebuah euforia tahunan peringatan kran kebebasan. Semakin tua aku melihat itu sebagai kamuflase semata. Atau mungkin kemeriahan itu hanya sejenak nafas pelega kepenatan luluh lantakmu?
ntahlah..
aku memaknaimu dengan refleksi.
Ya bukan hanya refleksi dengan diskusi yang rumit, pembacaan situasi nasional di berbagi sektor perekonomian, politik, sosial, budaya, dan teknologi. Aku rasa itu tidak cukup sayang. Kau perlu refleksi tubuh, pijatan kaki dan kepala. Kata ERK, Kau perlu cuci muka biar terlihat segar sayang. Apakah karena tuamu? Atau mereka yang memperlakukanmu?
Mungkin kau sangat letih untuk kembali mengukir sejarah.
Kau tahu, cintaku tidak bergeser barang sedikit pun.
Tapi aku mencintaimu dengan hal yang berbeda.
Kau tau, cinta bukan hanya sekedar puja puji atau pun pembelaan tanpa logika.
Mengkritisimu itu caraku.
Ah, bukan dirimu tapi mereka yang memperlakukanmu tepatnya.
Sungguh, sedihku tiada tara sayang. Perlahan dirimu dan harga dirimu terjual terjual demi hutang yang katanya demi mempercantikmu. Perlahan tapi pasti kau tergadai dengan Structural Adjustment Program dari tuan takur dunia. Kau pikir aku sudi membiarkanmu seperti itu?
Ini aku Indonesia, terlahir dengan cara mencintaimu yang berbeda. Banyak orang menganggap bahwa menghanyutkan diri (bukan terpaksa hanyut) dalam pusaran modal global adalah sebuah trend yang wajib diikuti seperti model baju.atau jika tidak akan dianggap tertinggal. (ah, tertinggal, menurutku itu hanya mitos yang diciptakan). Tapi mereka membuatmu menghanyutkan diri, bukan menahan diri untuk tidak hanyut. atau setidaknya terpaksa hanyut.
Doaku padamu tiada henti.
Mungkin saja kau akan sinis padaku atas semua pendapat satir-ku pada mereka yang memperlakukanmu. Sungguh, aku tidak pernah mellihatmu sebelah mata!
Karena kau adalah untuk apa aku belajar.
Lekas bangun dari tidur berkepanjangan.
Menyatakan mimpimu.
Cuci muka biar terlihat segar
Merapikan wajahmu.
Masih ada cara menjadi besar.
Memudakan tuamu.
Menyemai dan
MENJADI INDONESIA!!
refleksi berbeda yang tak kalah indah..
ReplyDeleteterimakasih sajak :)
ReplyDeletehttp://jurnal.umy.ac.id/index.php/nabila
ReplyDelete