Baca sms dari boss (baca: orang tua) tadi pagi serasa dapat alarm peringatan bahwa hidupku ke depan akan semakin berat. Setahun belakangan ini boss selalu memaksa cepat lulus lah, kalau udah lulus cepat kerja, katanya biar bisa bantuin beliau sekolahin adek-adek. Boss sering mengeluh kalau beliau sudah lelah cari uang (mungkin ini hanya keluhan saja biar aku cepat selesai kuliah, kemudian bekerja. )
Sms tadi pagi menyatakan bahwa adekku tidak bisa masuk universitas negeri dan kemungkinan besar dia akan masuk universitas swasta yang notabene biayanya mahal. Aku yakin boss asti akan semakin menekanku untuk sesegera membantunya menyekolahkan adekku ini.
Aku tidak mau protes pendidikan mahal di sini. Toh juga pada kenyataannya adikku yang tidak masuk universitas negeri. Ntah apa pun alasannya, saat ini aku benar-benar geram pada adikku. Karena aku yakin, aku pasti terkena efek domino kegagalannya itu.
Pagi ini pun aku mulai berpikir tentang menghasilkan uang. Benar kata boss, aku harus bantu beliau. Karena memang pada hakikatnya aku tidak bisa melihat orang tuaku harus terus bekerja terlalu keras. Ku tasbihkan niatan agar tak lagi hidup telalu boros lagi.
Sepertinya aku sudah masuk ke tahap kehidupan. Jika dulu aku yang di bantu orang tua maka kini aku harus bantu orang tua. Ya beginilah nasib anak pertama, jadi tulang punggung. Bukannya tidak ikhlas. Mungkin di awal-awal aku akan merasa berat, karena hidupku mungkin tidak akan sesantai hari sebelumnya. Tekanan tekanan juga pasti akan bertubi. Habis wisuda pasti akan langsung di tanya kapan kerja. Kalau sudah kerja dan gajinya biasa saja pasti akan di suruh cari kerja dengan gaji yang lebih besar..
Bukannya tidak ikhlas, aku akan berusaha ikhlas walaupun nanti pasti kebebasanku dalam mengambil keputusan akan sering mendapat intervensi. Mudah-mudahan saja ini awal yang kemudian akan membuat aku lebih dewasa.
Well. aku sedang bersiap diri dengan tekanan-tekanan di depan!
Sms tadi pagi menyatakan bahwa adekku tidak bisa masuk universitas negeri dan kemungkinan besar dia akan masuk universitas swasta yang notabene biayanya mahal. Aku yakin boss asti akan semakin menekanku untuk sesegera membantunya menyekolahkan adekku ini.
Aku tidak mau protes pendidikan mahal di sini. Toh juga pada kenyataannya adikku yang tidak masuk universitas negeri. Ntah apa pun alasannya, saat ini aku benar-benar geram pada adikku. Karena aku yakin, aku pasti terkena efek domino kegagalannya itu.
Pagi ini pun aku mulai berpikir tentang menghasilkan uang. Benar kata boss, aku harus bantu beliau. Karena memang pada hakikatnya aku tidak bisa melihat orang tuaku harus terus bekerja terlalu keras. Ku tasbihkan niatan agar tak lagi hidup telalu boros lagi.
Sepertinya aku sudah masuk ke tahap kehidupan. Jika dulu aku yang di bantu orang tua maka kini aku harus bantu orang tua. Ya beginilah nasib anak pertama, jadi tulang punggung. Bukannya tidak ikhlas. Mungkin di awal-awal aku akan merasa berat, karena hidupku mungkin tidak akan sesantai hari sebelumnya. Tekanan tekanan juga pasti akan bertubi. Habis wisuda pasti akan langsung di tanya kapan kerja. Kalau sudah kerja dan gajinya biasa saja pasti akan di suruh cari kerja dengan gaji yang lebih besar..
Bukannya tidak ikhlas, aku akan berusaha ikhlas walaupun nanti pasti kebebasanku dalam mengambil keputusan akan sering mendapat intervensi. Mudah-mudahan saja ini awal yang kemudian akan membuat aku lebih dewasa.
Well. aku sedang bersiap diri dengan tekanan-tekanan di depan!